Ilmuwan Sebut Wabah Terburuk dalam Sejarah, Tidak Separah Diperkirakan

Jum'at, 08 Mei 2020 | 14:00 WIB
Ilmuwan Sebut Wabah Terburuk dalam Sejarah, Tidak Separah Diperkirakan
Ilustrasi Black Death. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wabah Yustinianus atau Justinian adalah salah satu pandemi terburuk yang terjadi dalam sejarah manusia dan sering dianggap telah memusnahkan sekitar setengah dari populasi Kekaisaran Romawi Timur pada tahun 541–542 M.

Namun, dalam sebuah penelitian baru dalam jurnal PLOS One menunjukkan bahwa tingkat kematian dan keparahan pandemi itu mungkin tidak seburuk yang dipikirkan sebelumnya.

Patogen penyebab wabah ini adalah Yersinia pestis, bakteri yang sama seperti ditemukan pada wabah Black Death pada abad ke-14.

Wabah itu terjadi di Mesir dan berakar di Kekaisaran Romawi Timur dengan gelombang yang terus terjadi hingga 750 M. Kasus-kasus penyakit dilaporkan di kota-kota dan desa-desa sejauh Eropa Utara, Timur Tengah, dan Afrika Utara, tetapi daerah yang paling terdampak adalah Kota Konstantinopel di Turki saat ini.

Baca Juga: Patut Dicoba, 5 Game iOS dan Android untuk Dimainkan Bulan Ini

Di ibukota kekaisaran ini, beberapa dokumen tertulis menunjukkan bahwa wabah menewaskan hingga 300.000 orang di kota, lebih dari separuh penduduk saat itu. Upaya-upaya sebelumnya untuk memahami wabah Justinian sering mengandalkan sumber-sumber utama ini untuk menyatukan sisa teka-teki tentang wabah tersebut.

Tetapi, penelitian terbaru ini menunjukkan keterlibatan Konstantinopel dengan wabah ini mungkin tidak mencerminkan keseluruhan gambaran.

Pemodelan matematika terbaru yang dilakukan Universitas of Maryland menunjukkan dampak pandemi mungkin telah dilebih-lebihkan. Angka kematian yang tepat masih belum jelas, namun temuan para ahli menunjukkan bahwa jumlah kematian wabah sering didasarkan pada sumber-sumber primer dari Konstantinopel, di mana wabah itu terdokumentasikan dengan baik.

Para ilmuwan berpendapat tidak mungkin wabah ini menyebar separah yang dilaporkan karena rute transmisi akan bervariasi di berbagai kerajaan.

Misalnya, wabah ini lebih cenderung menyebar di kota berpenduduk padat yang terhubung dengan rute perdagangan dibandingkan dengan pemukiman terpencil di Eropa Utara. Sayangnya, jenis lokasi ini juga cenderung tidak memiliki catatan tertulis yang terperinci dan akurat.

Baca Juga: Bikin Gemas, Warganet Temukan Toko Online Jilbab untuk Kucing

Ilustrasi kostum Black Death. (YouTube/ Svane Lunde)
Ilustrasi kostum Black Death. (YouTube/ Svane Lunde)

Meski begitu, para ilmuwan percaya wabah itu tidak mungkin terjadi separah yang ditunjukkan oleh sumber-sumber tertulis dari Konstantinopel.

"Hasil kami sangat menunjukkan bahwa efek dari wabah Justinian sangat bervariasi antara daerah perkotaan yang berbeda pada zaman kuno," ucap Lee Mordechai, seorang sejarawan lingkungan dan rekan pascadoktoral di Pusat Sintesis Sosial-Lingkungan Universitas Maryland (SESYNC), seperti dikutip laman IFL Science, Jumat (8/5/2020).

Penulis utama penelitian ini, Lauren White, mengatakan bahwa ada sangat sedikit informasi kuantitatif dalam sumber-sumber utama untuk wabah Justinian sehingga para ahli dapat melakukan penelitian lebih lanjut sebagai kesempatan untuk menggabungkan pengetahuan terkini tentang etiologi wabah dengan deksripsi dari teks-teks sejarah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI