Suara.com - Virus Corona (Covid-19) yang muncul di Wuhan, China, telah bermutasi dan jenis baru yang dominan menyebar di Amerika Serikat menjadi lebih menular.
Menurut para ilmuwan di Los Alamos National Laboratory (LANL) dalam penelitian yang diterbitkan di BioRxiv menyebutkan bahwa strain virus baru mulai menyebar di Eropa pada awal Februari sebelum bermigrasi ke bagian negata lain, termasuk Amerika Serikat dan Kanada, menjadi bentuk dominan virus di seluruh dunia pada akhir Maret.
Para ahli memperingatkan jika virus Corona tidak mereda di musim panas seperti flu musiman, itu dapat bermutasi lebih lanjut dan berpotensi membatasi efektivitas vaksin virus Corona yang dikembangkan oleh para ilmuwan di seluruh dunia.
"Tim kami di LANL mampu mendokumentasikan mutasi ini dan dampaknya pada penularan hanya karena upaya global yang besar dari orang-orang kliniks dan kelompok eksperimen, yang membuat urutan baru virus Covid-19 di komunitas lokal mereka tersedia secepat mungkin," tulis Bette Korber, ahli biologi komputasi di LANL dan penulis utama penelitian ini dalam pernyataan pada unggahan Facebooknya.
Baca Juga: Begini Penampakan Supermoon Terakhir di 2020
Meskipun penelitian ini belum ditinjau oleh rekan ilmuwan sejawat, tetapi para ahli mencatat bahwa berita mutasi ini merupakan "keprihatinan mendesak", mengingat lebih dari 100 vaksin dalam proses sedang dikembangkan untuk mencegah Covid-19.
Sebelumnya, pada awal Maret, para ilmuwan di China mengatakan, telah menemukan dua tipe virus Corona yang dapat menyebabkan infeksi di seluruh dunia.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 3 Maret, para ilmuwan di School of Life Sciences Universitas Peking dan Institut Pasteur of Shanghai menemukan bahwa jenis yang lebih agresif dari virus Corona baru telah menyumbang sekitar 70 persen dari strain yang dianalisis.
Sementara 30 persen telah dikaitkan dengan tipe kurang agresif. Jenis virus Corona yang lebih agresif dan mematikan ditemukan lazim pada tahap awal wabah di Wuhan, kota yang diyakini virus Corona (Covid-19) pertama kali muncul.
Dilansir laman CNBC, Kamis (7/5/2020), para ilmuwan LANL dan tim ahli di Universitas Duke dan Universitas Sheffield di Inggris, telah menganalisis ribuan rangkaian virus Corona yang dikumpulkan oleh Global Initiative for Sharing All Influenza, sebuah organisasi yang membagikan data secara cepat dari semua virus influenza dan Corona.
Baca Juga: Terlalu Sering Rebahan di Rumah, Warganet Ini Alami Hal Tak Terduga
Hingga saat ini, para ilmuwan telah mengidentifikasi 14 mutasi. Mutasi berdampak pada spike protein, sebuah mekanisme multifungsi yang memungkinkan virus masuk ke inang.