Suara.com - Para ahli mengungkap lokasi paling berbahaya sepanjang sejarah Bumi. Menurut paleontologis, Sahara adalah tempat paling berbahaya di planet ini dengan berkeliarannya reptil predator, dinosaurus, dan pemburu yang seperti buaya raksasa pada 100 juta tahun yang lalu.
Tempat itu disebut dengan Kem Kem Group yang terletak di sepanjang perbatasan Maroko dan Aljazair, sebuah formasi batuan yang menyimpan catatan bentuk kehidupan Bumi yang mencakup puluhan juta tahun berupa fosil.
Di tempat tersebut, sisa-sisa fosil ikan bertulang rawan, kura-kura, pterosaurus, dinosaurus, serta tanaman dan jejak fosil telah didokumentasikan oleh ahli paleontologi selama beberapa dekade.
Formasi Kem Kem memiliki jumlah karnivora bertubuh besar yang luar biasa tinggi dan menangkap keanekaragaman Afrika utara lebih baik daripada wilayah lainnya.
Baca Juga: LAPAN Hadirkan Peta Penyebaran Covid-19 di Indonesia secara Real-Time
Tim ilmuwan internasional membandingkan catatan-catatan ekspedisi selama beberapa dekade yang diambil dari Kem Kem, serta meninjau kumpulan data catatan fosil yang disimpan di museum di seluruh dunia.
Para ilmuwan menyebut hasil perbandingan itu sebagai "karya paling komprehensif tentang fosil vertebrata dari Sahara dalam hampir satu abad" serta memberikan wawasan tentang lokasi, tanggal kapan, dan di mana tempat paling berbahaya dalam sejarah Bumi menurut ilmuwan.
Selama periode Cretaceous atau disebut juga sebagai periode Kapur yang berlangsung sekitar 145 hingga 65 juta tahun yang lalu, daerah di sekitar Kem Kem dulunya merupakan rumah bagi sistem sungai yang luas, tempat tinggal berbagai spesies hewan air dan darat.
Fosil-fosil yang ditemukan menunjukkan setidaknya tiga dinosaurus predator terbesar yang pernah didokumentasikan, termasuk Carcharodontosaurus bergigi panjang sepanjang 8 meter dan raptor Deltadromeus serta pterosaurus pernah berkeliaran di sana.
"Ini bisa dibilang tempat paling berbahaya dalam sejarah planet Bumi, tempat di mana seorang penjelajah waktu manusia tidak akan bertahan lama," ucap Dr Nizar Ibrahim, penulis utama penelitian dan asisten profesor biologi di Universitas Detroit Mercy, seperti dikutip laman IFL Science, Rabu (29/4/2020).
Baca Juga: Cari Sumber Air di Bulan, NASA Gunakan Sinar Laser
Rekan penulis penelitian, profesor David Martill dari Universitas Portsmouth mengatakan bahwa lokasi tersebut juga dipenuhi dengan ikan yang sangat besar, termasuk coelacanth raksasa dan lungfish.