Suara.com - Badan antariksa milik pemerintah Amerika Serikat, NASA, berencana menggunakan sinar laser untuk mencairkan es yang bisa dijadikan sebagai sumber air di permukaan Bulan.
Misi dengan nama Lunar Flashlight ini akan membawa satelit penelitian CubeSat, yang akan bertugas mencari potensi sumber air bagi misi NASA di masa depan dalam penjelajahan luar angkasa.
"Meski kami punya perkiraan cukup bagus bahwa ada es di dalam kawah paling dingin dan paling gelap di Bulan, pengukuran yang dilakukan sebelumnya masih sedikit ambigu," jelas Barbara Cohen, peneliti utama misi Lunar Flashlight sebagaimana dikutip laman Slash Gear, Rabu (29/4/2020).
Menurut Cohen, mengirimkan satelit pencari sumber air akan lebih efektif ketimbang mengutus langsung astronot ke satelit alami Bumi tersebut.
Baca Juga: Ramadan, Indosat Ooredoo Tingkatkan Kapasitas Layanan Data 60 Persen
"Secara ilmiah, itu masuk akal. Tetapi jika kita berencana mengirim astronot ke sana untuk menggali es dan meminumnya, kita harus yakin dulu kalau (sumber air) itu ada," sambungnya.
Setelah mengangkasa, satelit CubeSat akan mengorbit di sekitar Bulan, lalu menukik di sekitar Kutub Selatan Bulan selama dua bulan dan memancarkan laser ke wilayah-wilayah gelap di sana.
Secara keseluruhan, akan ada empat laser yang dipancarkan melalui panjang gelombang inframerah jarak dekat yang akan memberikan respon berbeda berdasarkan permukaan yang dijamahnya, apakah batu atau air beku.
Jika obyek merupakan batu biasa, maka sinar laser yang dipancarkan akan memantul kembali ke CubeSat. Namun, jika cahaya yang dipantulkan lebih sedikit atau bahkan menembus wilayah gelap tersebut, kemungkinan permukaan tersebut telah diserap oleh air beku di dalam kawah yang gelap itu. Singkatnya, semakin sedikit sinar laser yang terpantulkan, semakin besar kemungkinan adanya sumber air di sana.
Sedangkan untuk lokasi persis sumber air di Bulan berasal, ilmuwan memperkirakan hasilnya akan bervariasi. Beberapa wilayah permukaan Bulan kemungkinan telah menyimpan sumber air sejak dihantam komet dan asteroid, dan diperkirakan kaya akan bahan kimia yang membeku.
Baca Juga: Diteliti Sebagai Pengobatan Potensial Covid-19, Warga AS Timbun Obat Maag
Namun, sumber air lainnya dapat mencakup interaksi antara tanah Bulan dan angin Matahari. Terlindung dari kelebihan sinar Matahari, air dan bahan kimia yang berada di dalam kawah akan terakumulasi secara bertahap selama miliaran tahun.
Seberapa banyak sumber air yang bisa ditemukan pun masih belum bisa dipastikan. Meski begitu, misi Lunar Flashlight harus dilakukan untuk mengisi kekosongan pengetahuan tentang seberapa banyak volume air yang dapat diakses diambil dari permukaan Bulan.
Jika misi ini berhasil, sumber air yang ditemukan akan diekstraksi dan dicairkan. Nantinya, astronot NASA dapat menggunakannya baik untuk minum maupun dijadikan sebagai bahan bakar untuk menjelajah luar angkasa lebih jauh.