Suara.com - Bahan aktif di dalam obat maag saat ini sedang diteliti sebagai pengobatan potensial untuk virus Corona (Covid-19). Hal itu menyebabkan persediaan obat maag di apotek-apotek Amerika Serikat (AS) semakin berkurang.
Menurut Kevin Tracey, presiden dan CEO Feinstein Institute for Medical Research dan direktur Laboratory of Biomedical Science, mengatakan bahwa Famotidine, antacid, dan antihistamine yang ditemukan dalam merek Pepcid AC dan obat generik sedang digunakan dalam uji coba oleh para peneliti di Northwell Health, New York City.
Pengecer seperti Amazon dan Walgreens pun sudah mengalami kekurangan. Dalam situs Amazon, Pepcid AC dan ketiga opsi umum yang ditemukan melalui pencarian tidak tersedia atau kehabisan stok barang.
Sementara di CVS, rantai farmasi terbesar Amerika Serikat, famotidine baik dalam bentuk Pepcid AC atau generik juga kehabisan stok di sebagian besar lokasi di New York.
Baca Juga: PDKT, Chat Warganet Ini Baru Dibalas 8 Tahun Kemudian
Pencarian di Los Angeles, Chicago, Houston, dan kota-kota lain pun menunjukkan hasil serupa. Tak hanya Amazon dan CVS, Walgreens juga memberikan pemberitahuan kehabisan stok di sebagian besar lokasi penjualan.
Menurut Tracey, masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa famotidine berguna dalam pengobatan untuk virus Corona. Bahkan jika beberapa manfaat ditemukan, pasien dalam penelitian ini meminum dosis yang sangat tinggi secara intravena, jauh lebih banyak daripada dosis yang dikonsumsi untuk sakit maag pada umumnya.
"Para peneliti telah berjuang untuk menjaga penelitian tetap tenang karena jika kita membicarakan hal ini kepada orang yang salah atau terlalu cepat dipublikasi, pasokan obat akan hilang," ucap Tracey, seperti dikutip laman Science Alert, Rabu (29/4/2020).
Situasi serupa juga terjadi sebelumnya pada awal tahun ini, setelah obat antimalaria hydroxychloroquine yang disebut-sebut dapat digunakan untuk melawan virus Corona, masyarakat Amerika Serikat juga mulai menimbun obat tersebut. Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) secara resmi mengakui kekurangan obat tersebut.
Masih belum ada data klinis yang menunjukkan bahwa obat generik ini dapat bekerja melawan Covid-19.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Bukti Pertama Kematian Akibat Meteorit Jatuh
"Ketakutan, kekacauan, dan kepanikan adalah ancaman yang jauh lebih besar bagi kemanusiaan daripada virus," tutur Michael Rea, CEO Rx Savings Solutions kepada Business Insider.