Di Indonesia, kami menemukan bahwa stigma yang mendominasi terkait ‘pelabelan’ (86,1%), diikuti dengan faktor ‘kemampuan mengendalikan/tanggung jawab’ (7,9%), ‘asosiasi negatif’ (3%), ‘pemisahan’ (2%), dan ‘kehilangan status’ (1%).
Hal lain di luar stigma
Meski pada awalnya kami bertujuan menganalisis stigma yang muncul terkaitan dengan COVID-19, namun berdasarkan hasil penelitian kami ternyata cuitan yang mengandung stigma tidak sedominan cuitan yang merespons aksi yang dilakukan pemerintah.
Di Indonesia, sebagian besar cuitan ternyata berisi kritik dan sentimen negatif terhadap pemerintah Indonesia dan kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi COVID-19. Sementara itu, di Malaysia, sebagian besar cuitan terkait dengan imbauan pemerintah untuk tinggal di rumah.
Baca Juga: Eksperimen Uji Kemampuan Nikotin Lawan Covid-19 Digelar Bulan Depan
Khusus di Indonesia, kami menemukan bahwa percakapan yang terkait dengan stigma sangat kecil, kurang dari 6% (310 cuitan), jika dibandingkan dengan kritik terhadap kinerja buruk pemerintah dalam menangani pandemi yang berada di angka 84,6% (4,987 cuitan).