Suara.com - Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa virus Corona (Covid-19) dapat bertahan hidup di udara dalam bentuk aerosol hingga 3 jam.
Para ilmuwan di Wuhan, China, telah menganalisis sampel udara dari berbagai bagian di dua rumah sakit. Hasil menunjukkan bahwa virus tidak terdeteksi kecuali di daerah "rawan berkerumun".
Para ahli menemukan partikel virus mengambang di udara toilet rumah sakit yang memiliki sedikit ventilasi udara. Konsentrasi virus yang sangat tinggi, juga ditemukan di ruangan-ruangan di mana petugas medis mengenakan dan melepaskan alat pelindung diri (APD).
Tak hanya itu, ilmuwan menyebutkan bahwa virus-virus yang menempel di pakaian akan kembali ke udara ketika pakaian, masker, atau sarung tangan dilepas.
Baca Juga: Oppo Ajak Konsumen Berdonasi Lewat Lelang Ponsel
Para ilmuwan mengatakan penemuan tersebut menyoroti pentingnya ventilasi udara, membatasi keramaian atau kerumunan di suatu ruangan, dan disinfeksi yang tepat.
Penelitian ini merujuk pada salah satu kasus infeksi virus yang dialami oleh seorang perempuan berusia 52 tahun, duduk di kursi di sebuah gereja yang telah diduduki sebelumnya oleh dua orang wisatawan yang telah terinfeksi tanpa gejala.
Kasus tersebut memunculkan perdebatan apakah partikel virus dapat bertahan hidup di udara, untuk menginfeksi orang yang menghirupnya dalam beberapa jam kemudian.
Dalam penelitian baru yang dipimpin oleh para ilmuwan di Universitas Wuhan menunjukkan bahwa hal itu mungkin terjadi jika ruangan tidak memiliki ventilasi udara yang layak.
Ini mengungkapkan bahwa penyakit yang sangat menular tidak hanya menyebar melalui tetesan dalam batuk dan bersin.
Baca Juga: Penanganan Covid-19, Bill Gates Puji China dan Kritik Cara Kerja AS
Ke Lan, seorang profesor dan direktur State Key Laboratory of Virology dan timnya, mengatur perangkap aerosol di dalam dan sekitar area di dua rumah sakit. Para ahli tidak mendeteksi adanya virus di koridor bangsal dan kamar pasien.