Langkah China Patenkan Remdesivir Tuai Kontroversi

Senin, 27 April 2020 | 10:00 WIB
Langkah China Patenkan Remdesivir Tuai Kontroversi
Novel Coronavirus (nCoV) alias virus corona yang sedang mewabah di China. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Nantinya, 'pemenang' yang berhasil menemukan vaksin akan mendapatkan prestise yang sangat besar sekaligus meningkatkan pamor China bahwa karya layak untuk dipuji, bukan dihujat.

Ilustrasi Covid-19. (Pexels)
Ilustrasi Covid-19. (Pexels)

Gilead mengatakan bahwa pihaknya mengetahui langkah China tersebut, tetapi tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan pihak pemberi paten dan tidak bisa berkomentar karena detail aplikasi yang diajukan China tidak akan dipublikasikan hingga tahun depan.

"Fokus kami saat ini adalah menentukan secara cepat potensi Remdesivir sebagai pengobatan untuk Covid-19 dan mempercepat manufaktur untuk mengantisipasi potensi kebutuhan pasokan di masa depan," ujar juru bicara perusahaan.

Di sisi lain, Remdesivir dinilai 'menjanjikan' oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump setelah muncul laporan bahwa obat itu telah membantu beberapa pasien. Bahkan, ia meminta China untuk memberikan obat itu kepada AS dengan alasan kasih sayang.

Baca Juga: Gawat! Data Uji Vaksin Covid-19 Tersebar secara Online

Namun karena stok Remdesivir sangat sedikit, maka vaksin tersebut tidak dapat dimasukkan dalam uji coba terbesar dunia tentang kemungkinan perawatan yang dijalankan oleh Universitas Oxford.

Salah satu ahli epidemiologi AS terkemuka mengatakan bahwa Remdesivir menawarkan 'harapan' tetapi 'tidak akan menjadi obat rumahan'.

Para pekerja medis dengan mengenakan pakaian pelindung memeriksa seorang pasien di dalam bangsal terisolasi Rumah Sakit Palang Merah Wuhan di Wuhan, pusat penyebaran wabah virus corona baru, di Provinsi Hubei, China, 16/2/2020. (ANTARA/China Daily/ via REUTERS/tm)
Para pekerja medis dengan mengenakan pakaian pelindung memeriksa seorang pasien di dalam bangsal terisolasi Rumah Sakit Palang Merah Wuhan di Wuhan, pusat penyebaran wabah virus corona baru, di Provinsi Hubei, China, 16/2/2020. (ANTARA/China Daily/ via REUTERS/tm)

Tetapi bagi Gilead, studi ini dihentikan karena rendahnya pendaftaran pasien dan mengatakan hasil uji coba utama pemerintah AS akan dirilis bulan depan. Penelitian ini dirancang untuk untik menguji kenampuan Remdesivir dalam mendeteksi tingkat keparahan penyakit.

Profesor Martin Landray, pemimpin studi di Oxford, mengatakan bahwa Remdisivir mungkin akan menjadi pilihan dokter untuk melawan virus, karena mereka belum punya alternatif lain, sehingga ini menjadi solusi untuk meminimalkan angka kematian karena virus corona.

"Tidak mungkin kita akan mendapatkan obat ajaib yang akan melumpuhkan infeksi. Sekalipun Anda menemukan obat yang mengurangi angka kematian hingga seperlima, itu berarti kita bisa menyelamatkan sekitar 4.000 nyawa di Inggris," tandasnya.

Baca Juga: Test Kit Covid-19 Kini Tersedia untuk Dokter Hewan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI