Pertama Kalinya, Mikroplastik Ditemukan di Es Antartika

Kamis, 23 April 2020 | 11:30 WIB
Pertama Kalinya, Mikroplastik Ditemukan di Es Antartika
Ilustrasi sampah plastik. (Pixabay/Matthew Gollop)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan dari Institute for Marine and Antartic Studies di University of Tasmania, Australia, melaporkan telah menemukan mikropalstik di es laut Antartika untuk pertama kalinya.

Para ilmuwan yang melaporkan penemuan itu di dalam jurnal Marine Pollution Bulletin, telah mengamati secara mendalam inti es yang dikumpulkan di Antartika timur pada 2009. Dalam pencitraan spektroskopi elektron dari es laut yang dicairkan memperlihatkan itu berisi 96 partikel mikroplastik dari 14 jenis polimer.

Para ahli percaya ini adalah pertama kalinya mikroplastik didokumentasikan dalam sampel es laut dari Antartika, meskipun mikroplastik sebelumnya telah ditemukan di es laut Arktik yang relatif lebih tercemar di belahan Bumi utara.

Pada 2018 lalu, para ilmuwan Norwegia menemukan ada jejak plastik di seluruh Kutub Utara, dengan daerah-daerah tertentu yang bahkan mengandung penumpukan polusi plastik. Konsentrasi mikroplastik yang baru-baru ini ditemukan di Antartika sedikit lebih rendah daripada yang ditemukan sebelumnya di Kutub Utara.

Baca Juga: XL Axiata Catatkan Regional Ini Peningkatan Trafik Layananan Tertinggi

"Samudera Selatan cukup terpencil, tetapi keterpencilan itu belum cukup untuk melindunginya dari polusi plastik, yang sekarang meresap di seluruh lautan dunia," ucap Anna Kelly, penulis utama penelitian ini dan mahasiswa Institute for Marine and Antartic Studies, seperti dikutip laman IFL Science, Kamis (23/4/2020).

Sebanyak 75 persen mikroplastik yang diidentifikasi berasal dari polimer, bahan yang paling banyak digunakan dalam industri maritim. Itu menunjukkan bahwa mikroplastik tersebut kemungkinan berasal dari jaring plastik dan peralatan memancing di Samudera Selatan.

"Polimer mikroplastik di inti es Antartika lebih besar daripada di Kutub Utara, yang mungkin mengindikasikan sumber polusi lokal karena plastik memiliki lebih sedikit waktu untuk memecah menjadi serat yang lebih kecil," tambah Kelly.

Sejumlah orang berjalan di sepanjang Pelabuhan Orne, Antartika, Kamis (6/2/2020). Foto diambil tanggal 6 Februari 2020. Basis penelitian Esperanza di ujung utara semenanjung Antartika mencatat suhu 18,3 derajat Celcius (64,94 derajat Fahrenheit), rekor tertinggi menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Jumat (7/2), di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang pemanasan global yang telah menyebabkan meningkatnya pencairan lapisan es di sekitar kutub selatan. ANTARA FOTO/REUTERS/Ueslei Marcelino/wsj.
Sejumlah orang berjalan di sepanjang Pelabuhan Orne, Antartika. [ANTARA FOTO/REUTERS/Ueslei Marcelino/wsj].

Sumber-sumber lokal itu bisa mencakup pakaian dan peralatan yang digunakan oleh wisatawan dan peneliti.

Para ilmuwan pun masih belum mengetahui secara jelas efek biologis jangka panjang dari mikroplastik. Yang diketahui saat ini, hanyalah mikroplastik yang lebih besar bisa menjadi bahaya ketika dicerna oleh hewan dan menimbulkan risiko bagi hewan laut, dan manusia karena mungkin mengandung bahan kimia beracun seperti phthalate dan bisphenol-A.

Baca Juga: Peserta Uji Coba Vaksin Corona Akan Dibayar Rp 11,9 Juta, Berminat?

Saat ini, para ilmuwan menyimpulkan dampak mikroplastik di es laut Antartika memiliki konsekuensi untuk jaring makanan dan biogeokimia Samudera Selatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI