Suara.com - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa virus corona 10 kali lebih mematikan daripada flu babi (H1N1).
"Kami tahu bahwa Covid-19 menyebar dengan cepat, dan kami tahu itu mematikan, 10 kali lebih mematikan daripada pandemi flu 2009 (flu babi)," terang Ghebreyesus sebagaimana dikutip laman Daily Mail, Selasa (14/4/2020).
Sebagai informasi, flu babi pertama kali ditemukan di Meksiko dan Amerika Serikat pada 2009 silam. Selama pandemi, WHO mencatat sedikitnya 18.500 nyawa melayang akibat penyakit ini dari total sebanyak 1,8 juta kasus yang tersebar di seluruh dunia.
Meski begitu, angka tersebut beda jauh dengan catatan yang dimiliki jurnal kesehatan Lancet yang memperkirakan bahwa flu babi menewaskan 151.700 hingga 575.400 orang. Tinjauan ini didasarkan pada perkiraan kematian di Afrika dan Asia Tenggara yang tidak terdata oleh WHO.
Baca Juga: Kelamaan Diaduk, Dalgona Coffee Gagal Ini Malah Jadi Bumbu Rujak
Pada Juni 2009, flu babi dinyatakan sebagai pandemi global dan statusnya diturunkan pada Agustus 2010 karena dianggap tidak mematikan, seperti yang ditakutkan pertama kali. Selain itu, vaksin untuk wabah ini juga sudah ditemukan.
Namun untuk virus corona, Ghebreyesus mengeluhkan bahwa lonjakan kasus Covid-19 terlalu masif, bahkan bisa melonjak dua kali lipat setiap tiga atau empat hari di negara tertentu. Saat ini, jumlah orang meninggal karena virus corona di seluruh dunia hampir menyentuh angka 500.000.
Oleh karena itu, ia menekankan agar negara-negara yang terkena wabah Covid-19 agar mau berkomitmen untuk cekatan dalam merespon kasus virus corona, melakukan isolasi, merawat pasien, mengembangkan vaksin, serta melacak pasien positif Covid-19.
Sementara itu, Worldometers hingga Selasa (14/4/2020), dunia telah mencatatkan 1.924.662 kasus Corona, 119.691 diantaranya meninggal dunia dan angka kesembuhan sebanyak 445.005.
Amerika Serikat tercatat sebagai negara dengan jumlah infeksi dan kematian akibat virus corona terbanyak di dunia. Jarak jumlahnya pun sangat jauh dari Spanyol dan Italia, yakni 586.941 untuk jumlah kasus infeksinya sendiri.
Baca Juga: Lupa Matikan Kamera Usai Konferensi Video, Endingnya Tak Terkira
"Setiap negara terikat secara global. Artinya risiko pengenalan kembali dan kebangkitan penyakit ini akan terus berlanjut," imbuhnya.