Banyak pengamat termasuk akademisi mungkin percaya bahwa AS adalah rumah bagi institusi-institusi penting seperti Centers for Disease Control and Prevention yang dapat menginspirasi kepemimpinan global dalam menghadapi dan mengelola pandemi saat ini.
Tapi memiliki kapasitas yang luar biasa besar tidak serta-merta bermuara pada ketangguhan karena kepemimpinan yang lemah membawa lembaga dan rakyat ke arah yang berlawanan. Trump gagal dalam menegakkan nilai bahwa nyawa lebih penting dari ekonomi.
Lemahnya kepemimpinan AS kemudian berakibat pada ketiadaan kepemimpinan global. Hal ini berdampak pada ketidaksiapan dunia dalam menata kelola keamanan kesehatan global pada masa depan.
Pemimpin populis akan mengeksploitasi pandemi?
Baca Juga: Permenhub Soal Covid-19: Ojek Dibolehkan Bonceng Penumpang
Pemimpin populis memiliki kemampuan “memancing di air keruh” dengan memanfaatkan krisis untuk keuntungan politik sebagaimana terlihat dalam naiknya approval rating Trump beberapa waktu lalu.
Dengan ketidakpastian pengetahuan seputar Covid-19, pemimpin populis dengan mudah mendiskreditkan lawan progresif dengan menciptakan narasi-narasi yang ambigu dan berusaha dalam membesarkan narasi-narasi yang diskriminatif.
Di tengah risiko resesi, para pemilik suara (voters) di dunia sudah seharusnya mencegah naiknya pemimpin populis.
Para pemilik suara perlu memahami bahwa taktik pemimpin-pemimpin ini memecah-belah publik sambil menciptakan ketidakpercayaan pada institusi publik yang ada yang justru lebih mungkin memiliki solusi efektif.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di The Conversation.
Baca Juga: Covid-19 Dapat Memengaruhi Jantung, Jaga Kesehatannya dengan Makanan Ini