Suara.com - Ahli primata memperingatkan bahwa virus corona baru, Sars-Cov-2 di balik wabah Covid-19 bisa mengancam beberapa spesies kera besar seperti orang utan dan gorila karena DNA mereka relatif mendekati manusia.
Peringatan ini telah dipublikasikan dalam jurnal internasional Nature yang mengatakan kera besar rawan, seperti gorila, simpanse, bonobo, dan orang utan, rentan terhadap penyakit pernapasan yang diderita manusia.
Para peneliti karenanya sepakat menyerukan agar manusia menjauhi kera besar di alam liar, suaka margasatwa, dan kebun binatang, setidaknya sampai pandemi Covid-19 menurun.
"Pandemi Covid-19 adalah situasi yang kritis bagi manusia, kesehatan dan ekonomi," ujar pakar ekologi penyakit dari Emory University, Thomas Gillespie, sebagaimana dikutip dari Phys pada Kamis (9/4/2020).
Baca Juga: Bisakah Virus Corona Covid-19 Tahan Hidup di Air, Ini Faktanya!
"Ini juga situasi yang mengerikan bagi kera besar. Ada banyak yang dipertaruhkan bagi mereka yang terancam punah," Gillespie melanjutkan.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) menggolongkan simpanse dan bonobo yang hidup di Afrika sebagai spesies terancam, sedangkan gorila dan orang utan yang berada di kawasan hutan hujan tropis, seperti di Indonesia, masuk dalam kategori terancam kritis.
Gejala ringan pada manusia, seperti flu biasa, bisa mengakibatkan kematian pada primata di alam liar. Karena Sars-Cov-2 terbukti berbahaya bagi manusia, para ahli khawatir jika penyakit ini juga bisa berbahaya bagi primata besar.
Oleh karena itu, para ahli meminta kegiatan pariwisata dan penelitian yang melibatkan primata untuk ditutup untuk sementara waktu. Kebun binatang dan suaka alam yang berpotensi mempertemukan manusia dengan primata juga diminta melakukan hal serupa.
"Sebagai profesional yang bekerja dengan kera besar, kami memegang tanggung jawab untuk melindungi mereka dari patogen kami," ujar Gillespie.
Baca Juga: Terinfeksi Covid-19, Harimau dan Singa Juga Jatuh Sakit
"Kami berharap untuk yang terbaik tapi kami harus bersiap untuk yang terburuk dan mempertimbangkan secara kritis dampak dari aktivitas kami terhadap spesies terancam ini," tandasnya.