Suara.com - Paus Fransiskus mengatakan bahwa wabah adalah salah satu cara alam bereaksi terhadap krisis ekologis yang selama ini diacuhkan oleh manusia.
Dalam wawancara via email yang terbit di majalah The Tablet and Commonwealth, Fransiskus mengatakan bahwa wabah memberi kita kesempatan untuk memperlambat produksi dan konsumsi, serta belajar untuk memahami dan merenungkan alam.
"Kita tak merespon pada bencana-bencana kecil. Siapa yang berbicara tentang kebakaran hutan di Australia aau ingat bahwa 18 bulan lalu sebuah perahu bisa menyeberangi Kutub Utara karena gletser sudah mencair? Siapa yang kini bicara soal banjir?" kata Fransiskus.
"Saya tak tahu apakah ini cara alam membalas dendam atau tidak, tetapi ini jelas adalah reaksi alam," imbuh lelaki asal Argentina tersebut.
Baca Juga: 7.696 Orang Jalani Rapid Test di Jakarta, 829 Positif Covid-19
Covid-19 telah mengubah praktik ibadah Gereja Katolik di Vatikan dan seluruh dunia. Pada Minggu Palma kemarin Fransiskus merayakan misa dalam gereja kosong tanpa umat dan disiarkan langsung ke seluruh dunia.
Di Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo juga merayakan misa Minggu Palma di Katedral yang kosong dan umat mengikuti lewat layar kaca di rumah masing-masing.
Fransiskus dalam wawancara yang sama juga mengkritik cara pemerintah di dunia menangani wabah Covid-19. Ia mengatakan yang seharusnya dikarantina di hotel adalah para tunawisma.
"Sebuah foto beberapa hari lalu menunjukkan sebuah lapangan parkir di Las Vegas, tempat ara tunawisma dikarantina. Sementara hotel-hotel kosong. Tetapi mereka tak bisa pergi ke hotel," ujar Paus berusia 83 tahun tersebut.
"Ini adalah saat yang tepat untuk memperhatikan orang miskin," imbuh dia.
Baca Juga: Perhatikan Tipe Hubungan untuk Seks Aman saat Pandemi Covid-19
Dalam wawancara itu Paus Fransiskus juga mewanti-wanti agar dunia tidak mengikuti para politikus yang mendengungkan narasi populis yang mirip dengan Hitler di Jerman pada 1933 dan para pemimpin yang terlalu mengutamakan perekonomian. [CNN]