Sulit Tidur dan Alami Mimpi Buruk Selama Pandemi? Ini Penjelasan Ilmuwan

Jum'at, 03 April 2020 | 11:00 WIB
Sulit Tidur dan Alami Mimpi Buruk Selama Pandemi? Ini Penjelasan Ilmuwan
Ilustrasi seseorang sulit tidur. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi virus Corona (COVID-19) membuat banyak orang di seluruh dunia ketakutan karena penyebarannya dan pembatasan aktivitas yang diberlakukan. Hal itu bisa berdampak pada kualitas tidur, membuat orang-orang kesulitan tidur dan bermimpi buruk.

Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi tidur dan dengan banyaknya pemicu seperti stres, kehilangan rutinitas, atau konsumsi alkohol, tidak mengherankan banyak orang mengalami perubahan kualitas tidur.

"Stres dapat membuat kita lebih sulit untuk mendapatkan kualitas tidur yang cukup baik, dan tidak mendapatkan kualitas tidur yang cukup baik membuat Anda mengalami stres lebih intens," ucap Roxanne J Prichard, Profesor Neuroscience dan Psikologi di University of St Thomas, Minnesota sekaligus direktur ilmiah untuk Center for College Sleep.

Untuk memahami mengapa stres dapat memengaruhi frekuensi dan mimpi bawah sadar, hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan recap cepat pada siklus tidur. Setiap malam ketika tidur, manusia harus melalui empat tahap, yaitu tahap 1, 2, 3, dan tidur REM (rapid eye movement).

Baca Juga: Nggak Nyambung, Pertanyaan di Buku SD Kelas 2 Ini Bikin Bingung

Secara umum, satu siklus membutuhkan waktu 90 hingga 110 menit sebelum mulai lagi pada tahap 1. Beberapa siklus pertama memiliki tahap REM yang lebih pendek, tetapi ini menjadi lebih lama dengan setiap siklus berulang. Inilah penyebab mengapa manusia mungkin merasa seolah-olah lebih banyak bermimpi ketika tidur.

Dilansir laman IFL Science, Jumat (3/4/2020), stres dapat membuat manusia lebih sulit untuk tertidur ketika otak dipenuhi dengan berita buruk dan suram. Tetapi menurut Profesor Prichard, itu juga dapat meningkatkan frekuensi mimpi buruk dan seberapa sering terbangun di malam hari.

Kedua gejala tersebut merupakan kombinasi yang tidak menguntungkan karena ketika terbangun berulang kali setelah bermimpi, manusia dapat mengingat lebih banyak mimpi dan mimpi itu memiliki kapasitas lebih besar untuk mempengaruhi keadaan mental pada hari berikutnya.

"Pada malam hari ketika otak Anda beralih bolak-balik antara REM dan tahap terbangun daripada REM dan NREM (non-REM), Anda akan lebih mengingat mimpi itu dan tidur akan jauh lebih gelisah. Karena konten mimpi sering dipenuhi dengan emosi negatif, ini dapat bertahan pada hari berikutnya dan mempengaruhi suasana hati. Dan juga, kualitas tidur yang lebih rendah meningkatkan kemungkinan kita berada dalam kondisi buruk," tambah Prichard.

Ilustrasi Stres Gara-Gara Media Sosial. (Shutterstock)
Ilustrasi Stres Gara-Gara Media Sosial. (Shutterstock)

Sehingga tidak mengherankan jika mimpi buruk terlihat lebih jelas dan mencerminkan kekhawatiran terbesar. Banyak orang merasa sulit untuk mengatasinya dan beberapa mengatasinya dengan meminum alkohol. Meski begitu, itu bukanlah tindakan yang tepat.

Baca Juga: Kisah Relawan Lelaki Pertama Uji Coba Vaksin Virus Corona

Tidur sangat penting dalam menjaga kesehatan fisik dan mental yang baik, karena ketika manusia tidur, otak membutuhkan waktu untuk memperbaiki dirinya sendiri dan membangun sel-sel saraf baru serta merestrukturisasi jalur saraf, meningkatkan fungsi kognitif secara keseluruhan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI