Tes hewan peliharaan COVID-19 yang dijalani WADDL, mirip dengan tes pada manusia.
Tes ini menggunakan reaksi rantai polimerase (PCR) untuk memperkuat RNA dari virus. Baszler mengatakan, ia dan tim ahli mengembangkannya dengan lusinan sampel usap (swab) hidung dan tenggorokan dari kucing dan anjing yang dikumpulkan dari Amerika Serikat bagian barat.
Meskipun tidak satu pun dari hewan-hewan tersebut yang terinfeksi COVID-19, tes ini mampu mengambil virus dalam sampel unggulan dan tidak keliru dalam mendeteksi virus Corona jenis lainnya.
Baszler mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyetujui diagnostik dan WADDL dapat mulai melakukan tes hingga 100 hewan peliharaan per hari, jika diperlukan.
Baca Juga: Keren! Xiaomi Dikabarkan Menyiapkan Smartphone Bersensor 144 MP
Sementara itu, IDEXX Laboratories, sebuah jaringan global lebih yang terdiri dari 80 laboratorium diagnostik, juga mengumumkan tes COVID-19 untuk hewan pada pertengahan Maret.
Sama seperti tes WADDL, tes ini didasarkan pada PCR dan dikembangkan menggunakan sampel dari kucing dan anjing. Namun dalam kasus IDEXX, pengembangan uji juga menggunakan sampel kuda.
Perusahaan ini telah menganalisis lebih dari 4 ribu sampel, termasuk spesimen dari hewan dengan gangguan pernapasan.
"Semua memiliki hasil negatif," lapor Jim Blacka, direktur senior perusahaan. "Jika ada kebutuhan untuk mulai menguji hewan peliharaan, kami siap untuk mengkomersialkannya dan membuatnya tersedia secara luas."
Dilansir laman Science Mag, meski begitu ada beberapa hambatan untuk menerapkan tes COVID-19 pada hewan. Masalah utama adalah kurangnya urgensi.
Baca Juga: Yuk, Intip Apa yang Dilihat Teleskop Hubble di Hari Ulang Tahunmu
Terlebih, di Amerika Serikat saja ada sekitar 150 juta anjing dan kucing. Jika hewan peliharaan dapat dengan mudah terinfeksi virus Corona, banyak kasus pasti akan dilaporkan. Namun faktanya, hingga saat ini tidak ada yang melaporkan lonjakan infeksi virus Corona pada hewan peliharaan.