Studi: Marak Lockdown Covid-19, Gemuruh Bumi Berkurang

Kamis, 02 April 2020 | 17:03 WIB
Studi: Marak Lockdown Covid-19, Gemuruh Bumi Berkurang
Kondisi di ruas jalan Tol Jorr, Jakarta, Kamis (2/4). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lockdown yang diberlakukan di sebagian besar wilayah di berbagai negara karena wabah Covid-19 membuat Bumi menjadi semakin tenang atau dalam bahasa para ilmuwan, kebisingan seismik antropogenik makin berkurang.

Kebisingan seismik antropogenik adalah getaran yang diciptakan oleh gerak manusia, mulai dari hanya sekedar berjalan ke sekolah atau kantor, konser musik, hingga perjalanan jauh menggunakan kendaraan.

Menurut jurnal Nature, Bumi kini bergerak lebih sedikit dan karenanya dengungan yang disebabkan oleh getaran pada kerak Bumi semakin berkurang.

Getaran ini biasanya hanya bisa dideteksi oleh alat khusus, seperti misalnya seismograf. Selain oleh gerak manusia, getara seismik bisa dipicu oleh fenomena alam lainnya seperti tanah longsor, gunung meletus, atau ledakan meteor.

Baca Juga: Sedang Hamil, Perempuan ODP Covid-19 di NTT Meniggal Setelah dari Bali

Selain itu, getaran seismik juga bisa disebabkan oleh aktivitas manusia seperti lalu lintas kendaraan atau mesin-mesin serta infrastruktur buatan kita.

Sering kali aktivitas manusia bahkan mengalahkan getaran seismik alam. Penelitian tentang seismologi perkotaan tahun 2017, misalnya, menunjukkan bahwa ada perbedaan besar pada tingkat kebisingan Bumi di siang dan malam hari, juga di hari kerja dan hari libur.

Konser-konser rock juga dapat menyebabkan Bumi berderak. Para ilmuwan dari Institute of Geological and Nuclear Sciences of Australia merekam aktivitas seismik selama konser Foo Fighters tahun 2011 dan konser AC/DC empat tahun kemudian. Seismograf mampu menangkap getaran Bumi akibat tarian para penggemar dalam dua konser tersebut.

Seismolog asal Belgia, Thomas Lecocq, dengan Royal Observatory of Belgium di Brussels mengatakan bahwa tingkat kebisingan rata-rata saat ini adalah 33 persen lebih rendah daripada sebelum lockdown diberlakukan di negara itu pada 14 Maret.

"Tingkat kebisingan rata-rata saat ini adalah 33 persen lebih rendah daripada sebelum langkah-langkah #StayHomeBelgium," cuit Lecocq pada 27 Maret melalui akun Twitternya.

Baca Juga: Rekomendasikan Empedu Beruang untuk Obati Covid-19, Beijing Dikecam

Fenomena serupa juga telah diamati di kota-kota besar lainnya di dunia, seperti Auckland, Los Angeles, dan London.

Pemberlakuan lockdown atau penjarakan fisik di luar rumah memberikan kesempatan bagi para geosains untuk mendengarkan gemuruh atau suara alami Bumi tanpa adanya suara lain yang disebabkan manusia. Ini memungkinkan para ahli memperoleh informasi dasar getara seismik Bumi untuk penelitian di masa depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI