Benarkah Persentase Kematian Pasien Covid-19 Indonesia yang Paling Tinggi?

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 01 April 2020 | 18:22 WIB
Benarkah Persentase Kematian Pasien Covid-19 Indonesia yang Paling Tinggi?
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto (Capture Youtube BNPB Indonesia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah media besar seperti ABC dan beberapa media nasional di Indonesia memberitakan bahwa persentase kematian karena Covid-19 di negeri ini menempati posisi tertinggi di dunia.

Sampai 1 April 2020, pemerintah Indonesia melaporkan 157 kematian (sekitar 9,4%) dari total 1.677 kasus terkonfirmasi Covid-19. Jika diartikan secara kasar, persentase ini menunjukkan bahwa sekitar 9 dari 100 kasus positif COVID-19 mengalami kematian. Level kematian ini hampir dua kali lipat dari persentase kematian global sebesar 4,8% berdasarkan data dari Johns Hopkins University Amerika Serikat.

Namun, penghitungan tingkat kematian di Indonesia itu tidak mencerminkan kenyataan di lapangan karena jumlah kasus positif yang dilaporkan diperkirakan masih jauh dari angka yang sebenarnya terjadi di masyarakat. Jumlah kasus terlapor adalah kasus yang dikonfirmasi lewat tes spesimen di laboratorium.

Persentase kematian akibat Covid di Indonesia seharusnya lebih rendah lagi karena mayoritas orang (kasus-kasus) yang terinfeksi Covid-19 masih tidak terdeteksi oleh sistem deteksi dini yang dilakukan saat ini. Ibarat gunung es di tengah laut, yang tampak ke permukaan dan dideteksi oleh laboratorium baru pucuknya. Sedangkan bagian tengah dan dasarnya belum terdeteksi.

Baca Juga: Pasien Corona Terus Bertambah, Jubir Covid-19 Kembali Ingatkan Jangan Mudik

Berikut ini setidaknya tiga fakta di lapangan yang mempengaruhi penghitungan persentase kematian Covid-19.

1. Jumlah orang diperiksa sedikit sekali

Kecilnya jumlah spesimen yang diperiksa menyebabkan rendahnya temuan kasus Covid-19 di Indonesia.

Berdasarkan informasi resmi yang dirilis Kementerian Kesehatan, sejak 30 Desember hingga 30 Maret 2020, pemeriksaan baru dilakukan sekitar 6.600 orang dengan hasil 1.414 positif terkena COVID-19.

Sejauh ini, pemerintah hanya memfokuskan pemeriksaan pada orang yang memiliki gejala seperti demam (lebih dari 38 derajat Celcius), pilek, batuk, sakit tenggorokan, atau sesak napas setelah kontak fisik dengan pasien positif atau bepergian ke wilayah terjangkit dalam 14 hari terakhir.

Baca Juga: Unair Klaim Temukan Obat Covid-19, Lebih Mujarab dari Avigan dan Klorokuin

Hasil penelitian pemodelan matematika dari Timothy W Russell dan tim peneliti dari London School of Hygiene and Tropical Medicine Inggris memperkirakan bahwa Indonesia hanya mendeteksi sekitar 4,5% dari total kasus bergejala yang diperkirakan ada di masyarakat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI