Robot seluler ini juga dapat digunakan untuk memonitor suhu rawat inap di berbagai area rumah sakit, dengan data yang terkait dengan sistem informasi rumah sakit. Memanfaatkan jaringan sistem keamanan dengan perangkat lunak pengenal wajah, robot dapat melacak kontak orang yang terinfeksi untuk mengingatkan orang lain yang mungkin berisiko terinfeksi.
Sedangkan untuk pengujian diagnostik awal, sebagian negara merekomendasikan pengumpulan dan pengujian nasopharyngeal dan oropharyngeal swab, termasuk pengumpulan sampel, penanganan, transfer, dan pengujian.
Dalam pandemi besar ini, masalah utama adalah kurangnya tenaga medis yang memenuhi syarat untuk melakukan tes swab dan memproses sampel. Dengan bantuan robot, itu akan mempercepat proses, mengurangi risiko infeksi, dan tenaga medis dapat melakukan tugas lainnya.
Di sisi lain, drone otonom atau kendaraan darat dapat digunakan untuk transfer sampel serta pengiriman obat-obatan untuk pasien yang terinfeksi.
Baca Juga: Kabar Baik, Ilmuwan Sebut Lapisan Ozon Mulai Pulih
Sementara dalam segi karantina pasien, robot sosial dapat dikerahkan untuk menemani dan berinteraksi dengan pasien agar tidak merasa sendirian selama masa karantina sehingga tidak berdampak negatif pada kesehatan mental.
Dilansir laman Science Mag, secara historis robot telah dikembangkan untuk melakukan pekerhaan yang berbahaya, seperti memerangi penyakit menular. Sekarang, dampak virus COVID-19 dapat mendorong penelitian lebih lanjut dalam robotika untuk mengatasi risiko penyakit menular.