Suara.com - Sebuah penelitian yang diterbitkan di Nature mencatat bahwa lapisan ozon terus menutup, dan dapat pulih sepenuhnya. Bukan tanpa sebab, hal ini berkat tindakan global dari Protokol Montreal 1987.
Di masa lalu, penggunaan bahan kimia yang menyebabkan penipisan lapisan ozon, yang dikenal sebagai chlorofluorocarbon (CFC), dapat memicu perubahan sirkulasi atmosfer. Namun sejak 2000, para ahli menemukan bahwa perubahan itu mulai berhenti dan berbalik karena Protokol Montreal yang bertujuan untuk melarang manusia menggunakan zat CFC, dinilai bisa merusak lapisan ozon.
"Penelitian ini menambah bukti yang semakin menunjukkan efektivitas Protokol Montreal. Perjanjian ini tidak hanya mendorong penyembuhan lapisan ozon, tetapi juga mendorong perubahan terbaru dalam pola sirkulasi udara Belahan Selatan," ucap Antara Banerjee, CIRES Visiting Fellow di University of Colorado Boulder sekaligus penulis utama penelitian tersebut.
Dilansir laman New York Post, lapisan ozon sekitar 7 hingga 25 mil di atas permukaan Bumi ini berfungsi sebagai "tabir surya" bagi Bumi. Lapisan ozon mencegah radiasi ultraviolet berbahaya dari Matahari yang bisa memicu kanker kulit, katarak, hingga kerusakan pada tanaman.
Baca Juga: Penampakan Wastafel Tanpa Keran Ini Ada yang Bikin Salfok
Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration pada Oktober 2019 yang berkaitan dengan perubahan cuaca. Dalam penelitian tersebut, NASA mengatakan pola cuaca yang tidak biasa di atmosfer atas Antartika menyebabkan pengurangan drastis penipisan ozon. Itu merupakan lubang ozon terkecil yang terlihat sejak 1982.
Untuk membuktikan bahwa pemulihan ozon mendorong perubahan sirkulasi atmosfer, Banerjee dan ilmuwan lain menggunakan teknik dua langkah yang dikenal sebagai deteksi dan atribusi.
Para ahli menentukan pola dalam perubahan angin yang berbeda karena perubahan alami dan apa yang dapat dikaitkan dengan faktor yang berhubungan dengan manusia, seperti perubahan karbon dioksida.
Meskipun simulasi komputer menunjukkan emisi karbon dioksida terus berkembang, namun hanya perubahan pada lapisan ozon yang bisa menjelaskan "jeda" seperti yang diidentifikasi para ahli.
"Kami menyebutnya 'jeda' karena tren sirkulasi poleward dapat dilanjutkan, tetap datar, atau terbalik. Ini tarik ulur antara efek berlawanan dari pemulihan ozon dan peningkatan gas rumah kaca yang akan menentukan tren masa depan," jelas Banerjee.
Baca Juga: Sony Buka Suara Soal Penggabungan Bisnis Ponsel dan Kamera
Protokol Montreal 1987 sendiri ditetapkan setelah para ilmuwan menemukan lubang ozon di Antartika dan Australia pada 1985. Protokol ini diberlakukan oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa.