"Studi (Raoult) memang kelihatan menjanjikan, tetapi kita harus sangat hati-hati ketika berhadapan dengan virus baru seperti yang sat ini. Kita masih kekurangan banyak data," beber D'Alessandro.
D'Alessandro juga mengingatakan bahwa penelitian uji klinis terhadap klorokuin pernah digelar di China pada 9 Maret lalu. Tetapi studi itu juga dikritik karena pesertanya dinilai terlalu sedikit: 100 orang, yang ironisnya lebih banyak ketimbang studi Raoult.
Organisasi kesehatan dunia, WHO, akhir pekan kemarin mulai menggelar uji klinis berskala global terhadap empat jenis obat di seluruh dunia - salah satunya klorokuin - untuk mencari obat Covid-19. Uji coba itu melibatkan sejumlah negara, dengan sukarelawan mencapai ribuan orang. [France24/Euronews]
Baca Juga: Warga Nigeria Keracunan Klorokuin, Obat yang Diklaim Bisa Atasi Covid-19