Suara.com - Sebutan virus corona (COVID-19) sebagai virus China menjadi trending topic Twitter. Pantauan Suara.com, hingga berita diturunkan cuitan membahas Virus China telah mencapai lebih dari 390 ribu tweets.
Para warganet pun terbelah ada yang mendukung jika vius corona bisa disebut sebagai virus China.
"#ChineseVirus is not racist. China is not being 'oppressed'.
China arrested the doctor who discovered the virus
China lied to WHO that the virus was not contagious
Baca Juga: Ini Tempat Teraman di Tengah Penyebaran Virus Corona
Now thousands have died BECAUSE of China.
Hundreds of thousands of businesses closed
Many lost their jobs bc of ?" cuit salah seorang warganet.
(#viruschina bukan rasis. China tidak dalam posisi "tertekan".
China telah menahar dokter yang menemukan virus
China berbohong kepada WHO bahwa virus tersebut tidak menular
Sekarang ribuan orang tewas KARENA China.
Ratusan dari ribuan bisnis ditutup
Banyak orang kehilangan pekerjaannya?)
Namun, ada juga warganet yang beranggapan jika virus corona disebut sebagai virus China adalah rasis.
Baca Juga: Anak Anjing Ini Dikira Mati Berlumuran Darah, Ternyata ...
"I hope you understand that coronavirus is not a Chinese virus.China has confidence in fighting coronavirus. Coronavirus is disease but it can be cured. The scariest thing is not coronavirus but racism. Please stop racial discrimination. America will get better.
@realDonaldTrump," cuit warganet lainnya.
(Saya harap Anda mengerti bahwa virus cocrona bukanlah virus China. China telah percaya diri dalam melawan virus corona. Virus corona adalah penyakit tetapi itu bisa disembuhkan. Hal yang paling mengerikan adalah bukan virus corona tetapi rasisme. Tolong hentikan diskriminasi rasis. Amerika akan menjadi lebih baik)
Aksi pro dan kontra yang menjadi trending di Twitter Indonesia ini rupanya menjadi sorotan media asing. Melansir laman Scmp.com, Minggu 922/3/2020), kekhawatiran masyarakat Indonesia dinilai berkembang hingga menyebabkan diskriminasi.
"Media sosial lebih menyeramkan daripada Covid-19," kata Endar, pemilik Ho Teh Tiam, toko teh tradisional Tiongkok di kota Medan, Sumatera Utara, merujuk pada penyakit yang disebabkan oleh virus.
Endar, yang adalah etnis Tionghoa, mengatakan sentimen anti-China yang dia lihat di media sosial dan seruan untuk pengusiran pekerja China di Indonesia dinilai, lebih buruk daripada krisis kesehatan yang sebenarnya.
"Itulah yang benar-benar kita takuti. Kejahatan kebencian itu bisa menjamur dari media sosial. Kita harus mencoba dan menyelesaikan ini bersama. Kita harus fokus pada masalah sebenarnya: virus," ucapnya.
Serangan rasis dan diskriminasi terhadap etnis Tionghoa telah meningkat di seluruh dunia sejak ditemukannya virus corona baru di kota Wuhan, China pada Desember 2019. Tapi Indonesia memiliki sejarah tersendiri terkait diskriminasi dan rasisme ini, sejak 1960-an.
Dengan munculnya Covid-19, ketegangan ini muncul kembali, dengan seruan di Twitter untuk melarang orang China masuk ke Indonesia.