Suara.com - Sejumlah negara terlihat fokus mengelola dampak dari penyebaran virus Corona (Covid-19), dengan mengambil langkah Lockdown dan Social Distancing yang berdampak ke kegiatan ekonomi. Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pun diyakini akan terkena dampak dari Covid-19.
Founder IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin melihat fenomena ini bagi para pemain TIK, pencegahan penyebaran dampak Covid-19 bisa mendatangkan peluang usaha tetapi juga ancaman bagi pelaku usaha di sektor tersebut.
"Social Distancing yang dilakukan pemerintah tentu mengubah perilaku sosial dan kerja masyarakat. Bagi pemain solusi ini menjadi berkah mengembangkan inovasi Unified Communication (UC), yang cocok bagi perusahan untuk WFH atau startup yang mengembangkan platform belajar online bagi kalangan pendidikan," kata Doni saat membuka Diskusi Media 'Nasib Industri Telko di Tengah Disrupsi Teknologi dan Covid-19', di Jakarta, Senin (16/3/2020).
Doni mengungkapkan, tantangan yang harus dihadapi oleh pemain TIK di tengah Covid-19 adalah soal suplay chain global khususnya untuk infrastruktur yang banyak tergantung dengan China.
Baca Juga: Huawei P40 Pro 5G Tidak Mendukung Layanan Google
"Pemain besar infrastruktur jaringan itu kalau tidak dari China, pabriknya ada di sana. Adanya pembatasan pergerakan manusia tentu berakibat bagi operator dalam upgrade kualitas untuk jaringannya, minimal untuk mendatangkan ahli asing," ungkapnya.
Menurut Doni, tentunya operator membutuhkan sejumlah insentif atau suplemen seperti keringanan regulasi untuk mendukung pengembangan jaringan hingga kemudahan dalam melakukan transformasi digital.
"Sejatinya, regulasi baru yang menjadi beban bagi operator ditunda dulu. Kita semua harus fokus memperkuat pemain TIK agar mampu mendukung Indonesia keluar dari penyebaran Covid-19 ini," katanya.
Secara terpisah, Ketua Umum Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) Andi Budimansyah mengungkapkan, lonjakan penggunaan internet pasca-anjuran bekerja dan sekolah dari rumah akibat Covid-19, merupakan bentuk tanggung jawab operator seluler untuk tetap bisa melayani masyarakat.
“Dalam kondisi seperti sekarang ini, semua butuh internet dan internet butuh infrastruktur telekomunikasi. Untuk menghadapi Covid-19, perlu regulasi sederhana yang cepat dengan biaya yang wajar dalam hal ini," beber Andi.
Baca Juga: Bosan Pemberitaan Virus Corona? Ini 5 Berita Baik yang Harus Diketahui
Termasuk untuk operator telekomunikasi, ditambahkannya, jangan ada biaya-biaya yang membebani sampai ke tingkat Pemerintah Daerah.
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi, menyebut penyebaran Covid-19 telah mengubah perspektif dunia, misalnya muncul anjuran bekerja dari rumah, tentu akan memberikan dampak bagi perekonomian negara dan industri TIK Indonesia.
Namun jika dilihat dari sisi positif, Covid-19 juga membuka peluang bagi operator seluler karena peningkatan penggunaan internet, aplikasi, dan kecerdasan buatan untuk mempermudah kebutuhan manusia.
“Ada 3 hal yang bisa diterapkan dalam proses transformasi teknologi: Pertama, Visi dan Kepemimpinan yang bisa membawa potensi negatif dari teknologi menjadi positif. Kemudian kedua, adanya inovasi dan adopsi teknologi baru. Ketiga, perlu diterapkan dalam budaya dan transformasi organisasi,” kata Heru.
Diingatkannya, pada 2020 akan sangat menantang bagi industri TIK karena faktor disrupsi teknologi dan Covid-19.
“Disrupsi teknologi mengubah banyak hal dari sisi bisnis, kompetisi, adopsi dan inovasi teknologi, sampai kultur dan struktur organisasi perusahaan. Jumlah wisatawan akan menurun dan investasi asing juga. Bagaimana mau mikir investasi, kalau setiap negara mikir rakyatnya sendiri. Diperlukan visi dan kepemimpinan inovasi dan adopsi teknologi serta transformasi,” pungkasnya.