Saat ini, ada periode sekitar 20 hari antara timbulnya gejala dan pemulihan penuh, tetapi Drysdale mencatat bahwa COVID-19 adalah penyakit baru, dan para ahli membutuhkan lebih banyak data epidemiologis untuk menentukan apakah seseorang telah kebal setelah infeksi.
Ini juga tidak akurat untuk membandingkan COVID-19 dengan virus influenza tahunan. Drysdale mengatakan bahwa COVID-19 adalah virus unik dengan karakteristik unik.
Baik COVID-19 dan influenza menyebabkan penyakit pernapasan dan menyebar dengan cara yang sama, yaitu melalui tetesan kecil cairan dari hidung dan mulut seseorang yang sakit, tetapi ada perbedaan penting antara keduanya.

"Pertama, COVID-19 tidak mentransmisikan seefisien influenza, dari data yang kami miliki sejauh ini. Dengan influenza, orang yang terinfeksi tetapi belum sakit adalah pendorong utama penularan, yang tampaknya bukan kasus COVID-19. Bukti dari China adalah bahwa hanya 1 persen dari kasus yang dilaporkan tidak memiliki gejala, dan sebagian besar dari kasus tersebut melaporkan gejala dalam 2 hari," jelas Drysdale.
Selain itu, saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah COVID-19. Di sisi lain, para pakar saat ini telah memperingatkan bahwa COVID-19 sudah menjadi pandemi.
WHO telah menyatakan COVID-19 sebagai "darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional".
Para ahli mengatakan, perlindungan terbaik terhadap COVID-19 adalah intervensi non-farmasi, langkah-langkah pencegahan seperti mencuci tangan secara menyeluruh, menutupi mulut saat batuk, dan bersin dengan tisu, mendisinfeksi permukaan di sekitar rumah dan ruang kerja, dan menghindari kontak dengan orang-orang yang diketahui sakit.
Catatan Redaksi: Jika Anda merasakan gejala batuk-batuk, demam, dan lainnya serta ingin mengetahui informasi yang benar soal virus corona Covid-19, sila hubungi Hotline Kemenkes 021-5210411 atau kontak ke nomor 081212123119.
Baca Juga: Meski IPK Tinggi, Warganet Senang Pelamar Kerja Ini Tak Dipanggil Wawancara