Cek Fakta: Buku Novel dari Tahun 1981 Sudah Ramalkan Virus Corona?

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 02 Maret 2020 | 22:01 WIB
Cek Fakta: Buku Novel dari Tahun 1981 Sudah Ramalkan Virus Corona?
Ilustrasi virus Corona (Coronavirus) Covid-19. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masuknya virus corona di Indonesia, seperti yang dikonfirmasi oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (2/3/2020), kembali memantik munculnya sebuah teori yang menyebut bahwa penulis Amerika Serikat, Dean Koontz, sudah memprediksi merebaknya virus mematikan ini sejak 1981.

Foto yang diklaim dari lembaran-lembaran novel tersebut beredar kembali di media sosial pada Senin. Dalam foto itu disebutkan bahwa buku berjudul The Eyes of Darkness itu sudah meramalkan sebuah wabah yang dinamai "Wuhan-400".

Buku fiksi The Eyes of Darkness karya Dean Koontz yang diklaim meramal adanya virus corona Covid-19. [Twitter]
Buku fiksi The Eyes of Darkness karya Dean Koontz yang diklaim meramal adanya virus corona Covid-19. [Twitter]

Dinamai demikian karena virus itu dikembangkan dalam laboratorium-laboratorium di luar kota Wuhan. Sementara beberapa unggahan lain memasukkan foto isi buku menyebut soal "penyakit mirip pneumonia".

Lalu benarkah klaim soal ramalan dalam novel karya Koontz itu?

Baca Juga: Dua Warga Depok Positif Corona, Pemprov Jabar Bentuk Crisis Center

Penjelasan

Berdasarkan penelusuran kantor berita Reuters diketahui bahwa memang benar Koontz menulis soal virus bernama Wuhan 400 dalam novelnya dan mengacu pada kota Wuhan, tempat muasal virus corona Covid-19.

Tetapi yang digarisbawahi adalah penyakit dalam buku fiksi itu berbeda dari yang terjadi di dunia nyata.

Dalam bukunya Koontz menyebut bahwa Wuhan 400 adalah "sebuah senjata biologis baru China dalam satu dekade". Ia juga menulis bahwa virus itu dibuat oleh laboratorium di luar kota Wuhan.

Faktanya, tidak ada bukti bahwa virus corona dikembangkan di dalam laboratorium. Virus itu, berdasarkan penelitian, bermula dari sebuah pasar di Wuhan yang menjual daging binatang liar. Para ilmuwan yakin bahwa virus itu berasal dari kelelawar dan menjangkiti manusia lewat perantara binatang lain.

Baca Juga: Virus Corona Diyakini Bisa Hidup di Layar Ponsel selama 96 Jam

Selain itu gejala-gejala penyakit fiksi Wuhan 400 sangat berbeda dari virus corona Covid-19. Koontz dalam novelnya menyebut bahwa Wuhan 400 memiliki masa inkubasi hanya 4 jam. Sementara Covid-19 masa inkubasinya selama 1 - 14 hari.

Menurut lembaga kesehatan dunia, WHO, Covid-19 memiliki masa inkubasi rata-rata lima hari.

Koontz dalam novelnya menulis bahwa Wuhan 400 adalah penyakit dengan tingkat kematian 100 persen. Sementara Covid-19, menurut WHO, tingkat kematiaannya hanya antara 2 sampai 4 persen di Wuhan dan 0,7 persen di luar Wuhan.

Wuhan 400, karang Koontz dalam bukunya, mampu menghasilkan racun yang bisa merusak jaringan otak manusia. Adapun Covid-19 menyerang sistem pernapasan, dengan gejala seperti demam, batuk, dan sesak nafas.

Penting juga dicatat bahwa pada terbitan pertama novel The Eyes of Darkness pada 1981, virus fiksi itu dinamai Gorki-400 dan dikembangkan oleh pemerintah Uni Soviet.

Menurut South China Morning Post, nama virus dalam buku Koontz itu berubah menjadi Wuhan-400 dan diceritakan sebagai buatan China pada buku terbitan 1989, jelang berakhirnya Perang Dingin.

Pada edisi 1989 ini juga Koontz menggunakan nama aslinya pada buku itu, alih-alih nama alias Leigh Nichols.

Pada beberapa postingan soal buku ini di media sosial juga memasukkan foto halaman yang berisi sebagai berikut:

"Pada sekitar 2020 sebuah penyakit mirip pneumonia akut akan menyebar ke seluruh dunia, menyerang paru-paru dan saluran bronkial, dan menolak segala jenis pengobatan."

Halaman berisi kalimat di atas bukan berasal dari buku Koontz, The Eyes of Darkness, tetapi dari buku berbeda berjudul End of Days: Predictions and prophecies about the end of the world Paperback karya Sylvia Brown, penulis AS yang juga menyebut diri sebagai dukun atau peramal. Buku Brown terbit pada 2008 lalu.

Kesimpulan

Klaim dalam postingan di media sosial tentang ramalan dalam buku Koontz sebagian salah. Memang benar ia menulis soal virus Wuhan-400 dalam novelnya yang terbit pada 1989, tetapi tidak di edisi perdana terbitan 1981.

Selain itu, gejala dan efek dari virus fiksi dalam novel The Eyes of Darkness itu dan di dunia nyata juga berbeda.

Juga penting diingat bahwa Koontz tidak menulis bahwa virus itu akan merebak pada 2020. Penyebutan tahun 2020 berasal dari buku lain karya Sylvia Brown yang terbit pada 2008.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI