Misteri Pemilik Cesium 137 yang Picu Radiasi Nuklir di Serpong

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 20 Februari 2020 | 07:20 WIB
Misteri Pemilik Cesium 137 yang Picu Radiasi Nuklir di Serpong
Tim Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bersama Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan Tim Teknis Kimia Biologi Radioaktif (TKBR) Gegana Brimob Mabes Polri melakukan Dekontaminasi terhadap temuan paparan tinggi radioaktif di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (15/2/2020). [Antara/Muhammad Iqbal]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ia menyebut Cesium 137 sering digunakan sebagai radio terapi pada pasien kanker di China. Selain itu, material radioaktif itu juga salah satu produk sampingan dari proses fisi nuklir di reaktor nuklir dan untuk pengujian senjata nuklir.

Meski banyak digunakan dalam industri, limbah Cesium 137 tak bisa sembarang dibuang atau diolah. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran mengatur bahwa sudah tidak digunakan, zat radioaktif harus dilimbahkan ke PLTR Batan.

Picu kanker

Secara umum, Cesium 137 berbasis metal dan memiliki beberapa bentuk seperti kapsul dan silinder dalam ukuran kecil. Karena mudah terikat dengan klorida, Cesium-137 biasanya muncul sebagai bubuk kristal, bukan dalam bentuk cair murni.

Baca Juga: Bapeten Serahkan Investigasi Kasus Radioaktif Tangsel ke Polisi

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), paparan eksternal Cesium 137 dalam jumlah besar dapat menyebabkan luka bakar, penyakit radiasi akut, dan bahkan kematian.

Pembersihan radiasi nuklir. (Antara)
Pembersihan radiasi nuklir. (Antara)

Paparan Cs-137 dapat meningkatkan risiko kanker karena paparan radiasi gamma berenergi tinggi. Paparan internal Cesium 137, melalui konsumsi atau inhalasi, memungkinkan bahan radioaktif masuk ke jaringan lunak, terutama jaringan otot, dan meningkatkan risiko kanker.

"Kalau terpapar dalam jumlah besar, lama, dan dekat akan memicu efek akut atau efek segera. Begitu terpapar, paling sering dikeluhkan mual, muntah, pusing, sakit kepala, lemas, sampai mata merah, kulit merah, ada luka bakar, bahkan ada yang meninggal," kata Ryan.

Namun, Ryan menekankan efek jangka panjang dari paparan radioaktif lebih berbahaya karena tidak bisa diprediksi kapan akan muncul dampaknya.

"Ini yang paling berbahaya karena kita tidak tahu kapan itu bisa terjadi. Radiasi itu bisa merusak sel DNA dan bisa terjadi mutasi genetik. Mutasi genetik ini yang kita enggak bisa prediksi kapan munculnya, salah satu akibat dari mutasi genetik itu muncul sel kanker," katanya.

Baca Juga: Ada Radioaktif Dekat Pemukiman, Wali Kota Tangsel Tak Akan Evakuasi Warga

Ia mengatakan kanker yang paling sering terjadi akibat radiasi adalah kanker tiroid, namun tidak menutup kemungkinan juga sel kanker jenis lainnya seperti kanker darah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI