Peneliti Temukan Fosil Thalattosaurus Baru Berusia 200 Juta Tahun

Kamis, 06 Februari 2020 | 06:55 WIB
Peneliti Temukan Fosil Thalattosaurus Baru Berusia 200 Juta Tahun
Thalattosaurus. [Wikipedia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang ahli geologi dari Dinas Kehutanan Amerika Serikat menemukan fosil spesimen Thalattosaurus di Kepulauan Keku, Alaska, yang berumur 200 juta tahun.

Disebut Gunakadeit joseeae, ini merupakan fosil Thalattosaurus paling lengkap yang pernah ditemukan di Amerika Utara. Kondisi ini memberikan wawasan baru palentologis tentang pohon keluarga Thalattosaurus.

"Thalattosaurus adalah kelompok pertama reptil darat yang beradaptasi kembali dengan kehidupan di lautan. Mereka berkembang selama puluhan juta tahun, tetapi fosil mereka relatif langka sehingga spesimen baru ini membantu memberikan wawasan lebih," ucap Neil Kelley, seorang rekan penulis penelitian ini dari Vanderbilt University, dilansir dari IFL Science.

Fosil tersebut ditemukan pada 2011, tetapi para ahli dari University of Alaska Fairbanks butuh beberapa tahun untuk menganalisis fosil yang ditemukan.

Baca Juga: Tangani Berita Hoax Virus Corona, Pemerintah Didesak Lebih Tegas

Untuk menempatkan spesies baru dengan benar di pohon filogenetik, para peneliti menganalisis puluhan fitur anatomi dari spesimen fosil di seluruh dunia, dan menggunakan komputer untuk menganalisis informasi dalam menentukan kecocokan fosil.

Sebelum Gunakadeit joseeae ditemukan, sudah dua dekade sejak hubungan Thalattosaurus pada silsilah keluarga diperbarui. Thalattosaurus umumnya hidup di laut khatulistiwa selama Periode Trias tepat pada saat dinosaurus muncul.

Gunakadeit joseeae. [uaf.edu]
Gunakadeit joseeae. [uaf.edu]

Para peneliti mengatakan bahwa Gunakadeit joseeae mewakili takson baru yang memperluas pengetahuan tentang bagaimana reptil purba memberi makan, habitat, dan bagaimana mereka punah.

Reptil itu relatif kecil dan berkembang hingga 4 meter, serta memiliki moncong pendek dan lancip untuk digunakan bertahan hidup di lingkungan laut dangkal dekat pantai.

Fitur moncong yang dimilikinya kemungkinan besar merupakan penyebab atas kepunahan mereka. Hewan-hewan ini terspesialisasi untuk mencari makan di lingkungan air dangkal. Namun, ketika permukaan laut turun dan sumber makanan berubah, mereka tidak dapat bertahan hidup hingga akhirnya punah.

Baca Juga: Boba Hingga Beruang Kutub, Unicode Akan Tambahkan 65 Emoji Baru

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI