Suara.com - Para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Research Center for Zoonosis Control (RCZC), Universitas Hokkaido, Jepang rupanya pernah menemukan Coronavirus pada kelelawar buah di setidaknya enam daerah di Indonesia.
Agus Setiyono, guru besar bidang patologi IPB kepada Antara mengatakan bahwa timnya menemukan enam virus, termasuk Coronavirus pada kelelawar buah di enam daerah di Tanah Air ketika melakukan penelitian di periode 2010 - 2015.
Selain Coronavirus, lima virus lain yang ditemukan adalah bufavirus, polyomavirus, alphaherpesvirus, paramyxovirus, dan gammaherpesvirus. Studi-studi itu dipublikasikan antara tahun 2012 - 2018.
Agus mengatakan tim peneliti menemukan virus-virus tersebut pada sampel kelelawar yang diambil dari Bukittinggi, Sumatera Barat; Bogor dan Panjalu, Jawa Barat; Gorontalo di Provinsi Gorontalo; Manado di Sulawesi Utara; dan Soppeng di Sulawesi Selatan.
"Keenam virus itu berpotensi menimbulkan zoonosis," kata Agus Setiyono, ahli patologi dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang terlibat dalam penelitian tersebut, ketika dihubungi dari Jakarta, Senin (3/2/2020).
Zoonosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus pada binatang dan bisa menulari manusia atau sebaliknya. Salah satu contohnya adalah virus Corona yang berasal dari Wuhan, China yang kini sedang mewabah.
"Dari enam itu semuanya berpotensi (zoonosis). Hanya kami juga belum tahu jika di manusia ekspresi atau bentuk penyakit seperti apa," lanjut Agus.
Kelelawar Buah Kebal
Uniknya kelelawar buah sendiri kebal terhadap virus-virus yang diinanginya. Ia memiliki sistem kekebalan tubuh yang unik membuat mereka tidak menderita sakit meski tubuhnya mengandung beberapa virus berbahaya bagi manusia.
Baca Juga: Peneliti IPB: Coronavirus Ada Pada Kelelawar Buah Indonesia
"Jadi mereka mengandung virus itu atau di dalam tubuhnya ada agen penyebab penyakit, tapi kelelawar tidak sakit. Fenomena ini yang unik. Normalnya kalau ada agen penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh, maka hewannya sakit," kata Agus.
Padahal, jika virus itu berpindah ke manusia seperti virus corona dapat menyerang sistem pernapasan seperti 2019 novel coronavirus (2019- nCoV) yang sedang mewabah di Wuhan, China saat ini.
Dalam penelitian itu, Agus dkk mengambil sampel dari organ internal dan feses kelelawar buah. Virus-virus itu ditemukan di dalam ginjal dan limpa, yang tidak terkait dengan sistem pernapasan.
Dari temuan tersebut, dugaan sementara tim peneliti adalah virus yang ada dalam kelelawar hidup dalam sel pertahanan atau sistem imun hewan itu.
"Normalnya kalau ada benda asing, sel makrofag itu akan menghalau, akan menghancurkan benda asing itu. Tapi ketika benda asing itu ada di dalam sel makrofag sendiri, sel itu tidak akan bisa mengenali," kata dia.
Dugaan sementara, kata Agus, virus yang tinggal di sel imun itu akan berpindah ke sel baru yang terus bertumbuh saat hewan mengonsumsi makanannya. Hal itu diduga menyebabkan tidak ada persoalan yang muncul di kelelawar buah.