Suara.com - Perjuangan Haerul, montir asal Pinrang, Sulawesi Selatan untuk merakit dan menerbangkan pesawat rupanya tidak mudah. Ia mengaku sempat jatuh, menderita cedera, dan menguras tabungan untuk mewujudkan mimpinya itu.
Nama Haerul mendadak beken setelah video yang menggambarkan ia sedang menerbangkan pesawat buatannya sendiri di Pantai Ujung Tape, Kecamatan Mattiro Sompe, Pinrang, Rabu (15/1/2020), viral di internet.
Pesawat itu, yang dirakit Haerul dari beberapa barang bekas, terbang selama 1 menit 25 detik dan menempuh jarak sekitar 300 meter.
"Memang terinspirasi, dari kecil ingin ciptakan pesawat," kata Haerul yang pada Senin (20/1/2020) terbang dari Makassar menuju Jakarta menumpang pesawat Hercules untuk memenuhi undangan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Yuyu Sutisna.
Baca Juga: Pesawat Rakitannya Ingin Dibeli, Montir Pinrang: Mending Dimuseumkan
Kendati tidak tamat SD, Haerul belajar merakit dan menerbangkan pesawat dari YouTube.
"Merakit kerangka pesawatnya dari Youtube, bahkan belajar jadi pilot pun dari Youtube semua," jelas Haerul kepada Antara.
Ia mengaku hal yang paling pelik dalam merakit pesawat itu adalah soal kalkulasi yang tepat untuk membangun tenaga pendorong, beban pesawat, ukuran sayap, kemudi, dan roda.
"Memang itu yang paling sulit, hitung-hitungannya," aku Haerul.
Berbekal pengetahuan dari YouTube dan modal sekitar Rp 30 juta, Haerul mengumpulkan barang-barang bekas untuk merakit pesawat terbang.
Baca Juga: Alasan Montir Pinrang Rakit Pesawat: Belum Pernah Naik Kapal Terbang
Dia menggunakan aluminium untuk membuat kerangka pesawat. Setidaknya 50 kg aluminium dia gunakan untuk membangun pesawat tersebut. Sementara untuk dapur pacu, ia menggunakan mesin motor Kawasaki Ninja 150 cc.
Dengan bantuan dari beberapa teman, Haerul membangun pesawatnya selama dua bulan lebih. Pesawat itu punya satu baling-baling kayu, tiga roda, sayap utama, sayap tegak, dan sayap ekor.
Setelah pembangunan pesawat selesai, Haerul tiga kali melakukan pengujian.
"Tes uji cobanya sempat tiga kali, terbang lalu jatuh lagi. Parah (kerusakannya), saya luka dan pesawatnya diperbaiki lagi," katanya.
Tapi Haerul tidak menyerah. Pada percobaan kelima dia berhasil mengudarakan pesawatnya sampai ketinggian 10-12 meter di atas permukaan laut. Namun pesawatnya mengalami kerusakan karena pendaratan tidak berjalan mulus.
Meski belum sempurna, tekad dan kreativitas Haerul dipuji oleh Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsma TNI Fajar Adriyanto. Ia mengatakan wajar saja jika Haerul belum sempurna dalam mendaratkan pesawat, karena keterampilan butuh ilmu yang mumpuni.
"Kan ada teorinya untuk mendarat, seperti menghadap angin dan sebagainya. Tapi Haerul tidak. Karena keberanian dan tekadnya ingin terbang, jadi pesawat itu tanpa instrumen altimeter, tanpa pengukur kecepatan, dia terbang," kata Fajar.
Fajar, yang juga mantan penerbang jet tempur F-16, kini berencana memasukkan Haerul dalam PB Federasi Aero Sport Indonesia (FASI), agar ia bisa belajar terbang dengan lebih baik.