Suara.com - Gunung api Taal kembali aktif pada 12 Januari lalu setelah letusan terakhirnya pada 43 tahun lalu. Letusan gunung itu menyemburkan segumpal uap dan belerang, sehingga mengharuskan petugas mengevakuasi ribuan orang di Pulau Luzon, Filipina.
Letusan ini berhasil ditangkap dalam gambar oleh satelit Himawari-8 milik Jepang. Sebuah animasi dari data satelit yang dirilis oleh NASA menunjukkan semburan vulkanik yang menyebar selama 12 dan 13 Januari.
Menurut Program Vulkanisme Global Smithsonian Institution, Gunung Taal sering mengalami erupsi sepanjang pertengahan 1960-an hingga 1977. Pada 2006, 2008, 2010, dan 2011, gunung berapi itu secara berkala menyebabkan gempa bumi dan terkadang menunjukkan peningkatan aktivitas hidrotermal.
Pada akhirnya, 12 Januari 2020, Gunung Taal meletus dengan mengeluarkan abu setinggi 14 kilometer ke udara. Menurut Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (PHIVOLCS) di Kota Quezon, letusan uap juga diikuti oleh munculnya air mancur lava yang memancar.
Baca Juga: Pake Username Aneh, Pembeli e-Commerce Minta Nama Penerima Paketnya Diganti
PHIVOLCS mendesak evakuasi semua orang yang masih berada dalam radius 14,7 kilometer dari gunung berapi. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) Filipina memperkirakan bahwa lebih dari 450 ribu orang tinggal di daerah di sekitar gunung berapi.
Gunung Taal mengeluarkan sulfur dioksida yang mengharuskan orang sekitar menggunakan penutup wajah atau pakaian basah agar tidak menghirup udara yang terkena dampak.
Letusan dahsyat itu juga menimbulkan gempa baru ke sisi gunung. Jaringan Seismik Filipina mendeteksi setidaknya 144 gempa bumi telah terjadi sejak 12 Januari.
Dilansir dari Space.com, terlepas dari bahaya akan abu dan gas beracun, Gunung Taal juga terletak di sebuah danau yang besar. Letusan mendadak bisa menciptakan tsunami berbahaya yang akan membanjiri kota-kota dan desa-desa terdekat.
Baca Juga: Peringatan Dini, Hujan Petir Berpotensi di Dua Wilayah Jakarta Ini