Suara.com - Badan antariksa Amerika Serikat dan Eropa, bekerja sama meluncurkan satelit yang akan memberikan informasi lebih rinci mengenai naiknya permukaan laut dan perubahan laut lainnya di Bumi.
Diluncurkan pada November 2019, misi Sentinel-6/Jason Continuity of Service (Jason-CS) akan menjadi misi pengamatan Bumi terpanjang yang didedikasikan untuk mempelajari naiknya samudera. Wahana antariksa itu akan memberikan pengukuran permukaan air paling detail.
Satelit ini mengikuti jejak trio misi (TOPEX/Poseidon dan Jason-1, Ocean Surface Topography/Jason-2, dan Jason-3) yang telah mengukur bagaimana permukaan laut naik selama 30 tahun terakhir. Pesawat ruang angkasa sebelumnya mengungkapkan bahwa lautan naik rata-rata 3 milimeter pada tajun 1990-an, meningkat 3,4 milimeter pada Minggu (12/1/2020).
S6 akan menggunakan dua satelit identik (Sentinel-6A dan Sentinel-6B) untuk melanjutkan pekerjaan sebelumnya dengan mempelajari perubahan sirkulasi laut, variabilitas iklim seperti El Niño dan La Niña, dan pola cuaca yang mencakup angin topan badai.
Baca Juga: Murah Meriah, Begin Cara Cepat Hasilkan Wajah Glowing
Dilansir dari Space.com, Sentinel-6/Jason-CS terdiri dari dua pesawat ruang angkasa, Sentinel-6A dan Sentinel-6B, yang akan diluncurkan lima tahun terpisah. Sentinel-6A akan diluncurkan tahun depan dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di California dengan bantuan roket SpaceX Falcon 9. Sementara Sentinel-6B akan diluncurkan pada 2025.
Diluncurkan pada 800 mil di atas Bumi, pesawat ruang angkasa akan mengirimkan getaran ke permukaan Bumi dan mengukur berapa lama waktu yang diperlukan getaran untuk kembali ke satelit.
Pada saat yang sama, Sentinel-6/Jason-CS akan menggunakan GPS dan laser berbasis darat untuk menemukan posisinya dan dilengkapi dengan jaringan khusus yang disebut Doppler Orbitography and Radiopositioning Integrated by Satellite (DORIS).
Jika digabungkan, teknologi ini akan mengukur ketinggian lautan dengan akurasi sekitar satu inci.
Sentinel-6/Jason-CS akan mengumpulkan data laut global setiap 10 hari, yang akan membantunya memberikan wawasan mengenai fitur samudera secara luas. Tak hanya itu, ini juga akan dapat memberikan wawasan tentang fitur laut yang lebih kecil, seperti arus kompleks yang akan menguntungkan navigasi dan komunitas nelayan.
Baca Juga: Mars Kehilangan Air Lebih Cepat
"Kenaikan permukaan laut global adalah salah satu dampak perubahan iklim yang paling menganggu. Permukaan laut global adalah ukuran paling nyata untuk melihat bagaimana manusia mengubah iklim," ucap Josh Willis, ilmuwan di Jet Propulsion NASA.
Perubahan iklim yang disebabkan manusia bermula sejak Revolusi Industri, di mana penggunaan bahan bakar fosil yang tersebar luas membuang sejumlah besar karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer Bumi. Gas-gas ini telah memanaskan atmosfer Bumi ke tingkat yanh semakin tinggi.
Saat gas-gas tersebut menutupi sebagian besar permukaan Bumi, lautan membantu menstabilkan iklim dengan menyerap lebih dari 90 persen panas yang terperangkap di Bumi.
Saat air memanas, itu akan meningkatkan volume air. Panas atmosfer yang terperangkap juga mencairkan lapisan es dan gletser, berkontribusi pada naiknya permukaan laut. Terhitung selama 25 tahun terakhir, tingkat kenaikan permukaan laut terus meningkat.