Suhu Laut Melejit di 2019, Seperti Direbus Miliaran Bom Atom Hiroshima

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 15 Januari 2020 | 18:15 WIB
Suhu Laut Melejit di 2019, Seperti Direbus Miliaran Bom Atom Hiroshima
Ilustrasi terumbu karang rusak akibat pemanasan suhu laut. [Dok Kemenko Maritim]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Suhu laut di seluruh dunia pada 2019 kemarin rupanya mencapai titik paling panas dalam sejarah, seperti sudah direbus oleh miliaran bom atom Hiroshima, demikian hasil sejumlah peneliti yang baru-baru ini diterbitkan di jurnal Advances in Atmospheric Sciences.

Penelitian itu tidak saja mengungkap bahwa air laut semakin hangat, tetapi proses pemanasan itu berlangsung dalam kecepatan yang mencengangkan.

Dalam studi itu disebutkan bahwa suhu lautan di Bumi sekitar 0,075 derajat Celcius di atas rata-rata suhu lautan pada periode 1981 - 2010. Agar bisa mencapai suhu tersebut, lautan butuh energi sebesar 228,000,000,000,000,000,000,000 (228 Sextillion) joule.

"Nolnya memang banyak. Agar lebih mudah dipahami, saya membuat hitungan sebagai berikut. Bom atom Hiroshima melepaskan energi sekitar 63 triliun joule. Besaran panas yang merebus lautan di 25 tahun terakhir setara dengan 3,6 miliar ledakan bom atom Hiroshima," beber Lijing Cheng, pemimpin riset itu.

Baca Juga: Cegah Kiamat Keenam, PBB Susun Rancangan Perjanjian Internasional

Cheng, yang bekerja sebagai peneliti pada Institut Fisika Atmosfer, sebuah lembaga di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China, menggelar riset itu bersama 13 ilmuwan lain dari seluruh dunia.

"Naiknya suhu lautan ini tak terbantahkan dan merupakan bukti adanya pemanasan global. Penyebabnya tak lain adalah gas emisi buatan manusia," jelas dia.

Yang dihitung dalam studi itu adalah suhu lautan, mulai dari permukaan hingga kedalaman 2000 meter. Penelitian ini juga menemukan bahwa suhu laut mencapai angka tertinggi dalam 10 tahun terakhir dan rekor terpanas tercatat di lima tahun belakangan.

Lebih lanjut Cheng mengatakan bahwa manusia memang bisa menurunkan suhu lautan, tetapi akan butuh waktu yang sangat lama dibandingkan dengan menurunkan suhu atmosfer serta daratan.

Sejak 1970, lebih dari 90 persen pemanasan global diserap oleh lautan. Sementara kurang dari 4 persen panas disimpan di atmosfer dan daratan, tempat manusia hidup.

Baca Juga: Gempa Mindanao Lepaskan Energi Setara Delapan Bom Atom Hiroshima

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI