Suara.com - Salah satu roket yang dibawa Falcon 9 bakal dihancurkan hanya sesaat setelah diluncurkan. Mengapa bisa begitu?
Tenang saja, rupanya hal itu merupakan salah satu prosedur yang harus dilakukan SpaceX untuk menjajal kemampuan sistem keamanan Crew Dragon, seandainya terjadi hal buruk yang tak diinginkan.
Dilaporkan Futurism pada Senin (13/1/2020), saat ini SpaceX bersama NASA tengah mempelajari sistem keamanan Crew Dragon, pesawat yang nantinya bakal mengangkut astronot ke luar angkasa.
Tes ini sendiri bernama In Flight Abort Test dan akan berlangsung pada 18 Januari 2020. Nantinya, Falcon 9 yang membawa Crew Dragon akan diterbangkan dari Kennedy Space Center, Florida, Amerika Serikat.
Baca Juga: Obituari Neil Peart: Ghost Rider Itu Telah Berpulang
Untuk simulasi, sekitar 88 detik pasca Falcon 9 meluncur, mesin roket dimatikan. Crew Dragon lantas secara otomatis mengaktifkan sistem keselamatan. Parasut bakal berkembang dan diharapkan mendarat dengan sempurna di lautan Atlantik.
Dengan begitu, Crew Dragon seharusnya tidak mengalami kerusakan, sekaligus menyelamatkan nyawa awak yang berada di dalamnya.
Setelah roketnya benar-benar meledak, SpaceX berencana akan mengambil puing-puingnya yang terjatuh kembali ke Bumi untuk dilakukan penelitian lanjutan.
Sebagai informasi, kapsul Crew Dragon dikembangkan SpaceX setelah mendapatkan pendanaan dari NASA. Kolaborasi ini merupakan bagian dari program misi antariksa komersial AS untuk mengirimkan astronot ke International Space Station (ISS).
Sesuai arahan pemerintah AS, NASA ingin kembali mengantarkan astronot ke orbit menggunakan roket dan kapsul buatan mereka sendiri. Pasalnya, selama ini mereka selalu mengandalkan roket dan kapsul Soyuz buatan Rusia ketika NASA akan menerbangkan astronot menuju ISS.
Baca Juga: Bicara Reli Dakar, Ingatan Selalu Melayang pada Jutta Kleinschmidt