Suara.com - Operasi modifikasi cuaca yang bertujuan mengurangi potensi hujan ekstrem di Jabodetabek selama 11 - 12 Januari diintensifkan dengan empat sorti penerbangan yang membawa NaCl atau garam untuk penyemaian awan, demikian dikatakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
"Kami akan terbang hingga empat sampai lima sorti penerbangan. Ini sebagai ikhtiar untuk mengurangi potensi curah hujan yang sangat tinggi," kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (11/1/2020).
Penerbangan penyemaian garam dilakukan pada awan-awan potensial hujan di wilayah barat Jakarta, dari Kepulauan Seribu, dan sepanjang Selat Sunda hingga di barat Daya wilayah Banten dan Jakarta.
Harapannya hujan turun di lokasi-lokasi tersebut dan curah hujan di daerah Jabodetabek akan berkurang. Modifikasi cuaca sudah digelar BPPT sejak 3 Januari 2020, sebagai bagian penanggulangan banjir di wilayah Jabodetabek.
Baca Juga: Modifikasi Cuaca Kurangi Intensitas Hujan di Jabodetabek Hingga 40 Persen
"Penyemaian difokuskan ke awan potensial hujan yang berada di atas laut," tutur Hammam.
Hingga Sabtu (10/1/2020), pelaksanaan TMC telah dilakukan sebanyak 28 sorti dengan total jam terbang lebih dari 60 jam dan total bahan semai yang digunakan hampir 50 ton, dengan ketinggian penyemaian sekitar 9.000- 12.000 kaki.
Operasi TMC ini didukung dua unit pesawat TNI-AU, yakni pesawat CN 295 registrasi A-2901 Skadron 2 dan pesawat Casa 212 registrasi A-2105 Skadron 4 Malang.
Dari data Posko TMC ditunjukkan bahwa operasi ini telah mampu mengurangi curah hujan wilayah hingga mencapai sekitar 44 persen dari prakiraan. Hasil operasi itu menunjukkan tren penurunan curah hujan yang signifikan.
Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan akan terjadi hujan ekstrem di Jabodetabek selama 7 - 12 Januari 2020. [Antara]
Baca Juga: Modifikasi Cuaca Habiskan 8 Ton Garam Sehari, Hujan Berkurang 40 Persen