Suara.com - Boeing pada Kamis (9/1/2020) merilis ratusan surat internal perusahaan yang memantik banyak pertanyaan serta keraguan akan pengembangan pesawat Boeing 737 Max yang sejak Maret dilarang terbang karena mengalami dua kecelakaan termasuk di Indonesia.
Dalam salah satu dokumen, misalnya, dua orang pegawai secara sinis mengomentari sistem komputer Boeing 737 Max yang menangani manajemen penerbangan pesawat.
"Pesawat ini didesai oleh badut, yang selanjutnya disupervisi oleh monyet," tulis seorang pegawai dalam pesan singkat kepada salah seorang rekannya pada April 2017.
Sementara dalam sebuah pesan dari November 2015 - yang tampaknya menunjukkan cara-cara lobi Boeing saat menghadapi regulator atau pihak berwenang Amerika Serikat - seorang pegawai menekankan perlunya pelatihan simulator dalam menghadapi peringatan kokpit tertentu.
Baca Juga: Kemenhub Terus Pantau Proses Sertifikasi B737 Max Boeing
"Kita tampaknya akan butuh dukungan dari level tertinggi ketika tiba saatnya untuk melakukan negosiasi akhir," tulis pegawai tersebut.
Boeing mengakui beberapa komunikasi internal itu memantik pertanyaan tentang interaksi perusahaan dengan Federal Aviation Administration (FAA), otoritas penerbangan sipil AS, dalam kaitannya dengan proses kualifikasi simulator.
Adapun pengungkapan surat-surat internal tersebut merupakan upaya Boeing untuk menjadi lebih transparan ke publik.
Kepala komite transportasi Kongres AS Peter DeFazio, yang ikut menginvestigasi Boeing 737 Max, mengatakan surat-surat internal Boeing itu mengungkap "gambaran sangat meresahkan, bagaimana Boeing berani lancang demi mengelabui regulator, kru pesawat, dan masyarakat penerbangan - bahkan ketika karyawan Boeing sendiri menyuarakan peringatan."
"Mereka menunjukkan upaya terkoordinasi, sejak masa awal program pengembangan 737 Max, untuk menyembunyikan informasi penting dari regulator dan publik," kaa DeFazio seperti dilansir The Guardian.
Baca Juga: Jika Belum Aman, Boeing 737 MAX 8 Tak Akan Terbang di Amerika Serikat
Sementara itu FAA, setelah membaca dokumen tersebut, mengatakan semua potensi cacat dalam surat-surat itu sudah diatasi. Tetapi "isi dan nada dari bahasa yang digunakan dalam dokumen-dokume itu sungguh mengecewakan."
Boeing 737 Max dilarang terbang di seluruh dunia setelah dua pesawat tersebut jatuh dan menewaskan ratusan orang dalam tempo kurang dari satu tahun.
Kecelakaan pertama terjadi di Laut Jawa pada Oktober 2018 dan melibatkan Boeing 737 Max milik Lion Air. Sebanyak 189 orang tewas dalam peristiwa itu. Pada Maret 2019 kecelakaan kedua terjadi di Ethiopia dan melibatkan Boeing 737 Max milik Ethiopian Airlines. Korban tewas dalam kecelakaan kedua ini mencapai 157 orang.