Suara.com - Keputusan Xiaomi untuk menyematkan iklan di sistem antarmuka MIUI menuai komentar negatif dari para pengguna ponsel Xiaomi karena dianggap mengganggu.
Meski demikian, Country Director Xiaomi Indonesia Alvin Tse mengatakan bahwa sejak awal berdiri, pihaknya merupakan perusahaan internet. Tidak hanya menjual hardware.
"Jika bicara perusahaan internet, kita harus berkaca pada Google, Facebook, Gojek dan lainnya. Iklan adalah salah satu dari banyak jenis dari model bisnis perusahaan internet. Selain itu, ada opsi langganan dan pembiayaan finansial," jelas Alvin di sela-sela peluncuran Mi Note 10 Pro di SCBD Jakarta, beberapa waktu lalu.
Selain itu, iklan yang ada pada MIUI merupakan salah satu sumber pendapatan perusahaan agar Xiaomi bisa menjaga kelangsungan 'hidupnya'.
Baca Juga: Christina Koch, Astronot Perempuan Pertama dengan Misi Terpanjang
"Semua itu memberikan kami pendapatan sebagai perusahaan internet yang dibutuhkan untuk menciptakan berkelanjutan," sambung Alvin.
Secara blak-blakan, lelaki lulusan Stanford University ini menyebut bahwa Xiaomi bukanlah perusahaan non-profit, melainkan yang terdaftar di bursa saham. Karena produk-produk Xiaomi dijual murah, profit yang diambil dari penjualan hardware hanya 5 persen saja.
"Jadi, soal iklan di MIUI, jika pengguna Xiaomi enjoy menggunakan perangkat Xiaomi, iklan di ponsel ibarat kasih tip. Seperti tip di restoran ketika kamu mendapatkan servis yang baik dan makanan enak."
Meski begitu, ia memastikan bahwa iklan yang ditampilkan tidak mengganggu pengguna karena dibuat personal, tidak inklusif, dan dapat membantu pengguna.
"Tapi kami akan terus mendengar masukan dari pengguna Xiaomi," tandasnya.
Baca Juga: 5 Game Android Terbaik Sepanjang 2019