Suara.com - Teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) disebut-sebut sebagai salah satu kunci untuk menguasai masa depan. Maka tidak mengherankan jika berbagai negara di dunia berlomba-lomba mengembangkan teknologi tadi.
Saat ini, Amerika Serikat (AS) tercatat sebagai pemimpin utama dalam urusan AI. Meski begitu, China mengalami pertumbuhan paling pesat.
Menurut laporan South China Morning Post yang dilansir pada Jumat (3/1/2020), penelitian Global AI Index oleh Tortoise Intelligence memperkirakan bahwa China akan menyalip perkembangan AI Amerika Serikat dalam kurun lima sampai 10 tahun mendatang.
Indeks itu sendiri merilis urutan 54 negara paling maju di dunia berdasarkan kapabilitas AI yang dimiliki. Ada tujuh indikator yang dikaji dalam penelitan ini, mulai talenta manusia, infrastruktur, penelitian, strategi pemerintah, hingga komersialisasi.
Baca Juga: Pemetaan Kawasan Sains dan Teknologi, Ini Lokasi Bidang Otomotif
Hasilnya, Amerika Serikat berada di posisi terdepan dengan margin yang signifikan. Negeri adikuasa itu mencetak nilai 100, hampir dua kali lipat skor yang dimiliki China di urutan kedua yang mendapat 58,3. Sementara Inggris, Kanada, dan Jerman berada di posisi berikutnya.
Laporan itu juga mengungkap bahwa AI memiliki potensi besar untuk menjadi teknologi masa depan yang banyak dimanfaatkan, termasuk di sektor keuangan sampai transportasi.
Selain itu, pertumbuhan jumlah perusahaan yang berkecimpung di industri AI juga meningkat dua kali lipat dalam empat tahun terakhir. Saat ini, ada sekitar 20 ribu perusahaan mengembangkan teknologi AI seperti di mobil swakemudi sampai algoritma medis untuk mendeteksi penyakit secara akurat.
Hingga akhir 2019, lebih dari 10 ribu perusahaan AI didirikan sejak tahun 2015 dengan pendanaan total mencapai sekitar USD 37 miliar.
Baca Juga: Kementan dan IPB Akselerasi Bangun Pertanian Berbasis Sains dan Teknologi