Suara.com - Tahun 2019 menyuguhkan beragam peristiwa langit yang dapat diamati di Indonesia, baik gerhana, hujan meteor, hingga konjungsi yang bisa terlihat setiap bulannya. Berikut peristiwa langit yang terjadi di sepanjang tahun 2019 yang telah dirangkum Suara.com dari In the Sky dan Time and Date:
1. Segitiga Jupiter Venus Bulan
Pada 31 Januari 2019, pengamat di Indonesia dapat melihat planet Jupiter dan Venus berada di dekat Bulan dan ketiganya membentuk segitiga.
Diamati di langit timur mulai tengah malam, Jupiter berada sejauh 3 derajat dari Bulan sementara Venus berada sejauh 8 derajat dari Bulan. Formasi segitiga ini dapat diamati dengan mata telanjang di seluruh langit Indonesia.
2. Supermoon
Dikenal sebagai lunar perigee, peristiwa Bulan super ini terjadi pada tanggal 19 Februari 2019. Pada dasarnya, supermoon merupakan fenomena biasa ketika Bulan dalam orbit elips mengelilingi Bumi berada di jarak terdekat atau yang disebut sebagai perigee. Kedekatan Bulan dengan Bumi ini akan membuat penampakan Bulan menjadi sedikit lebih besar dan lebih terang.
![Bulan purnama terang memerah dan besar saat terjadi gerhana bulan dan fenomena Supermoon di Miami, Florida, Amerika Serikat, Senin (21/1). [Gaston De Cardenas / AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/01/22/90982-supermoon.jpg)
Pada 19 Februari, perigee Bulan akan menjadi yang terdekat untuk tahun ini, dengan jarak antara Bumi dan Bulan yang diperkirakan mencapai sekitar 356.846 kilometer. Hal tersebut akan membuat diameter sudut Bulan 14 persen lebih besar dari Bulan purnama lainnya tahun ini.
3. Titik tertinggi Merkurius
Titik tertinggi Merkurius bisa juga dikatakan sebagai titik terjauhnya dari Matahari. Titik tertinggi ini akan membuat Merkurius berada pada ketinggian sekitar 15 derajat dari cakrawala barat saat Matahari terbenam pada pukul 18:09. Peristiwa ini terjadi pada 25 Februari, di mana pengamat dapat mengamati Merkurius selama satu jam.
Baca Juga: Xiaomi Tunda Peluncuran Mi Watch Premium Edition
Dalam pandangan mata telanjang, Merkurius terlihat seperti bintang kuning kecil yang terang. Untuk melihat Merkurius lebih jelas dibutuhkan teleskop dengan pembesaran minimal 225x.
4. Musim Bimasakti
Musim Bimasakti dimulai pada Maret hingga Oktober dengan waktu pengamatan terbaik adalah mulai dari akhir April hingga akhir bulan Juli.
Musim melihat Bimasakti terjadi karena bidang tata surya berada pada sudut sekitar 63 derajat ke bidang galaksi, hal ini berarti benda-benda di tata surya berputar pada sudut yang hampir tegak lurus dibandingkan dengan sudut rotasi semua benda di Bimasakti secara keseluruhan.
Secara praktis, Bimasakti juga akan muncul pada sudut yang berbeda di langit malam tergantung pada bulan di sepanjang tahun.
Karena Bumi berevolusi mengelilingi Matahari dan letak bentangan Bimasakti berpindah-pindah, pada bulan Maret pengamat sudah bisa mulai mengamati bentangan Bimasakti, di mana Bimasakti akan berada di arah rasi bintang Sagitarius dan Skorpius. Kedua bintang tersebut terbit mulai tengah malam di Maret 2019.
![Penampakkan Bimasakti dari satelit TESS NASA. [NASA]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/11/13/14312-penampakkan-bimasakti.jpg)
Untuk melihat bentangan Bimasakti, pengamat cukup menghindari polusi cahaya dan lokasi tempat pengamatan harus memiliki cuaca yang cerah.
5. Ekuinoks Maret
Ekuinoks terjadi dua kali dalam setahun, di mana pada 2019 ini terjadi pada 21 Maret ketika sumbu Bumi tidak teinklinasi terhadap Matahari dan pusat Matahari berada di bidang yang sama dengan khatulistiwa Bumi.
Ekuinoks terjadi karena poros putaran Bumi miring pada sudut 23,5 derajat terhadap bidang orbitnya mengelilingi Matahari. Menurut time and date, ekuinoks bulan Maret menandai hari pertama musim semi di Bumi belahan utara dan hari pertama musim gugur di Bumi belahan selatan. Pada hari ekuinoks terjadi, periode waktu siang dan malam di Bumi akan hampir sama persis 12 jam.
6. Elongasi barat terjauh Merkurius
Dalam astronomi, istilah elongasi merupakan pemisahan sudut antara sebuah planet dengan Matahari dengan Bumi sebagai titik acuan. Semakin besar angka sudut elongasi sebuah planet, maka semakin jauh posisinya di langit Bumi dari Matahari sehingga dapat diamati ketika Matahari telah terbenam.
Menurut In the Sky, Merkurius mencapai sudut elongasi barat terjauh dari Matahari pada 12 April 2019, bersamaan dengan peristiwa hujan meteor Virginid. Peristiwa elongasi ini dapat diamati mulai pukul 05:00 waktu setempat di Indonesia.
Merkurius tampak seperti bintang kuning kecil yang tidak berkelap-kelip di langit timur. Merkurius mencapai ketinggian maksimum 25 derajat di atas cakrawala timur saat Matahari terbit.
Menariknya, saat Merkurius mencapai elongasi barat terjauhnya, planet tersebut bersebelahan dengan Venus. Untuk membedakannya, Venus akan bersinar lebih terang daripada Merkurius.
7. Aphelion Bumi
Ketika mengelilingi Matahari, Bumi bergerak dalam jalur orbit berbentuk elips. Hal tersebut mengakibatkan Bumi terkadang berada di jarak terdekat dari Matahari atau yang disebut dengan perihelion, dan berada di jarak terjauh Matahari atau aphelion.
![Aphelion Bumi. [Time and Date]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/07/01/57000-aphelion-bumi.jpg)
Aphelion Bumi terjadi pada 5 Juli 2019. Saat aphelion, jarak Bumi ke Matahari akan berada sekitar 1,02 AU di mana 1 AU setara dengan 150 juta kilometer.
Meskipun berada dalam jarak terjauh dan Matahari akan terlihat tampak lebih kecil di langit, namun perbedaan jarak tersebut hanya sebesar 3 persen.
Cuaca di Bumi pun juga tidak akan terpengaruh karena berada di jarak terjauh dari Matahari karena perubahan cuaca disebabkan oleh kemiringan sumbu rotasi Bumi, bukan oleh perubahan jarak Bumi dari Matahari.
8. Oposisi Saturnus
Bulan Juli adalah waktu terbaik untuk mengamati Saturnus karena planet bercincin itu mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi pada 9 Juli 2019.
Pada tanggal itu, Saturnus terletak pada jarak 9,03 AU dari Bumi dan muncul dengan diameter sudut selebar 18,4 detik busur.
Saturnus menampakkan dirinya lebih terang dan terlihat seperti bintang yang tidak berkelap-kelip. Namun, untuk bisa melihat cincin Saturnus, pengamat masih harus memerlukan bantuan teleskop.
9. Solstis Desember
22 Desember menjadi hari terpanjang di tahun 2019 untuk belahan Bumi selatan karena merupakan hari pertengahan musim panas. Sementara di belahan Bumi utara akan menjadi hari terpendek karena hari pertengahan musim dingin.
Ini merupakan peristiwa ketika gerak tahunan Matahari melalui rasi bintang zodiak mencapai titik paling selatan di langit, tepatnya di depan rasi bintang Koprikornus yang disebut dengan solstis.
Saat Solstis Desember terjadi, wilayah-wilayah di belahan Bumi selatan akan mengalami siang hari yang lebih panjang dari biasanya. Sementara itu, wilayah-wilayah di belahan Bumi utara akan mengalami malam hari yang lebih panjang.
Peristiwa ini terjadi karena poros rotasi Bumi terhadap Matahari tidak tegak lurus, melainkan miring sekitar 23,5 derajat. Kemiringan ini bisa menyebabkan salah satu belahan Bumi lebih condong tersinari Matahari daripada belahan Bumi lainnya.
10. Gerhana Matahari Cincin
Gerhana Matahari Cincin menjadi peristiwa langit yang menutup tahun 2019. Terjadi pada 26 Desember 2019, wilayah Indonesia akan berkesempatan melihat fenomena ini. Gerhana ini sendiri merupakan Gerhana Matahari ketiga dan terakhir 2019.
Meski terlihat dari langit Indonesia, tapi tidak semua wilayah di Indonesia berkesempatan melihat Gerhana Matahari Cincin ini.
Jalur Gerhana Matahari Cincin ini melintasi negara-negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Oman, India, Srilangka, India, Indonesia, Malaysia, dan Guam. Sementara wilayah Indonesia yang dapat melihat Gerhana ini adalah sebelah timur laut Pekanbaru, dekat Pulau Pedang.
![Gerhana matahari cincin dilihat dari Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (26/12). [Suara.com/Angga Budhiyanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/12/26/16735-gerhana-matahari-cincin.jpg)
Para pengamat bisa mengamati hingga 94,11 persen wajah Matahari yang terhalang Bulan saat puncak terjadi dengan durasi mencapai 3 menit 39 detik. Gerhana Matahari Cincin ini pertama kali akan menyentuh wilayah Indonesia dari Pulau Simeulue pukul 10:05 WIB lalu menuju Pulau Nias, Aceh Singkil, Sumatera Utara, Riau, Pulau Batam, dan Pulau Bintan.
Wilayah di Pulau Kalimantan juga akan menjadi jalur Gerhana Matahari Cincin. Pengamat masih bisa melihatnya sampai pukul 13:31 WIB.