Suara.com - Sepanjang tahun 2019, para ilmuwan di seluruh dunia melakukan beberapa hal yang mengesankan. Mulai dari mencitrakan lubang hitam untuk pertama kalinya hingga menemukan objek terjauh di tata surya.
Pencapaian tersebut merupakan aset berharga untuk generasi manusia di masa mendatang. Dilansir dari IFL Science, berikut lima penemuan ilmiah paling mengejutkan di tahun 2019:
1. Objek paling jauh di tata surya
Pada Januari lalu, wahana antariksa New Horizons berhasil terbang lintas dekat objek yang disebut (486958) 2014 MU69.
Dijuluki Arrokoth yang berarti "langit" dalam bahasa Powhatan atau Algonquian, itu merupakan objek paling jauh di tata surya yang pernah dikunjungi.
Baca Juga: Wah, Gunung Berapi Paling Aktif di Tata Surya Akan Meletus!
Arrokoth termasuk dalam jenis objek trans-Neptunus, yaitu benda-benda langit di tata surya yang mengorbit lebih jauh dari obit planet Neptunus. Objek ini diketahui berjarak sekitar 6,4 miliar kilometer dari Matahari.
Dalam pandangan yang diperoleh wahana antariksa New Horizons pada jarak 27.000 kilometer dari Arrokoth, objek tersebut tampak terdiri dari dua lobus besar, di mana lobus yang lebih besar memiliki diameter 19 kilometer dan lobus yang lebih kecil berdiameter 14 kilometer.
2. Pendaratan di sisi jauh Bulan
China National Space Administration (CNSA) berhasil mendaratkan wahana antariksa Chang'e-4 di sisi jauh Bulan pada awal tahun 2019.
Menurut Xinhua News Agency, wahana nirawak Chang'e-4 menjadi yang pertama yang pernah mendarat di sisi jauh Bulan.
Wahana antariksa Chang'e-4 mendarat di area cekungan Aitken, dekat kutub selatan Bulan yang belum pernah dijelajahi, yang merupakan kawah terbesar, tertua, dan terdalam yang ada di permukaan Bulan.
Baca Juga: Akhirnya! Air Ditemukan di Planet di Luar Tata Surya Kita
Pendaratan di sisi jauh Bulan sendiri dipicu karena adanya fenomena yang disebut "penguncian gravitasi", di mana selama ini manusia hanya melihat satu "wajah" Bulan dari Bumi.
Hal itu yang menyebabkan adanya sisi dekat dan sisi jauh Bulan.
Sisi jauh Bulan ini juga sering disebut sebagai sisi gelap dalam artian tidak terlihat.
Sisi jauh Bulan memiliki kerak yang lebih tebal dan lebih tua serta dipenuhi dengan lebih banyak kawah-kawah kecil.
3. Gempa di Mars
Wahana pendarat InSight milik NASA berhasil merekam data gempa di Mars untuk pertama kali.
Pada 6 April lalu, InSight merekam tremor lemah yang tampaknya berasal dari bagian interior Mars.
Getaran itu direkam oleh instrumen yang disebut Seismic Experiment for Interior Structure (SEIS), sebuah instrumen berbentuk kubah kecil yang ditempatkan di atas permukaan Mars.
Sejak saat itu, SEIS telah merekam lebih dari 100 peristiwa seismik dengan 21 di antaranya kemungkinan besar adalah gempa.
Dengan menganalisis gelombang seismik di Mars, para ilmuwan berharap akan mendapat petunjuk lebih tentang Mars.
4. Pendaratan di asteroid Ryugu
Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) berhasil mendaratkan pesawat ruang angkasa Hayabusa-2 di asteroid bernama Ryugu pada Februari 2019.
Hayabusa-2 memiliki misi untuk mengambil sampel debu dan tanah dari permukaan asteroid. Wahana antariksa itu dilaporkan telah memulai perjalanannya kembali ke Bumi pada 13 November lalu.
Hayabusa-2 membutuhkan waktu 3,5 tahun untuk sampai ke asteroid Ryugu, tapi perjalanan kembali ke Bumi diperkirakan akan jauh lebih cepat.
Wahana antariksa itu diperkirakan akan melalui Bumi pada Desember 2020 dan menjatuhkan sampel pertama dari asteroid Ryugu di suatu wilayah di gurun Australia selatan.
Selama misinya di sekitar asteroid dalam waktu 17 bulan, Hayabusa-2 telah mengirim gambar pertama yang diambil dari permukaan asteroid dan mendapatkan analisis rinci tentang benda langit serta mengumpulkan tiga sampel tanah, yaitu dua dari permukaan dan satu dari dalam tanah.
5. Citra pertama lubang hitam
Untuk pertama kalinya, para astronom berhasil mendapatkan citra dari lubang hitam.
Dalam sebuah proyek yang disebut Event Horizon Telescope (EHT), proyek tersebut telah dilakukan sejak tahun 2017 yang berfokus meneliti lubang hitam di pusat galaksi untuk mengetahui bagaimana wujud dari lubang hitam itu sendiri dengan mencitrakannya.
Proyek EHT sendiri terdiri dari jaringan teleskop radio global yang tersebar di seluruh Bumi, di mana seluruh teleskop radio tersebut diarahkan menatap Sagitarius A*, sebuah lubang hitam supermasif di pusat galaksi Bimasakti dan sebuah lubang hitam di galaksi elips M87, yang berjarak sekitar 54 juta tahun cahaya dari Bumi.
Citra milik lubang hitam yang memiliki massa setara dengan 6,5 miliar Matahari itu memang terlihat buram, tetapi menunjukkan bahwa lubang hitam tampak seperti bola gelap yang dikelilingi cincin bercahaya.
Lubang hitam itu resmi disebut sebagai Pwehi. Penamaan ini merupakan hasil kolaborasi para astronom dengan profesor bahasa bernama Larry Kimura yang diambil dari nyanyian kuno Hawaii yang disebut Kumulipo.