Peneliti yang tinggal di sana untuk sementara harus terbiasa dengan periode kegelapan yang hampir 24 jam menemani mereka.
Tak hanya harus menghadapi suhu serendah -50 derajat Celcius, mereka juga mungkin mengalami demam kabin kronis.
Kehidupan sehari-hari di dalam stasiun penelitian dicirikan oleh kemonotonan dan isolasi sosial yang berkepanjangan.
Perubahan otak ini juga berhubungan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh ilmuwan sebelumnya.
Baca Juga: Tercyduk! Pengemis Ini Punya Smartphone dan Berjudi Online ?
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa isolasi sosial yang berkepanjangan dapat memiliki efek mendalam pada perilaku dan struktur otak.
Ilmuwan dari Universitas Pennsylvania meyakini bahwa kondisi ekstrem di Antartika serta isolasi sosial yang dialami oleh manusia yang tinggal di sana, membuat kondisi otak mereka berubah secara signifikan.