Suara.com - Hasil riset yang dirilis Trend Micro Indonesia menunjukkan bahwa penetrasi malware terbesar datang lewat perantara surat elektronik atau email.
Hal ini diungkapkan oleh Country Manager Trend Micro Indonesia Laksana Budiwiyono dalam sebuah acara yang berlangsung di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, pada Selasa (3/12/2019).
Hingga pertengahan tahun ini, email merupakan gerbang terbesar bagi para peretas keamanan siber untuk menyusupkan malware kepada target mereka.
"Fenomena serangan melalui email, 92 persen terjadi gara-gara mengklik tautan di email. 8 persen sisanya dari faktor eksternal, misalnya colokan USB yang sudah terinfeksi virus," terang Laksana.
Baca Juga: Google Rayakan Hari Jadi Taman Nasional Lorentz Lewat Doodle, Ini Maknanya
Meski cara ini terdengar klasik, namun pada kenyataannya masyarakat Indonesia masih kerap terkena jebakan ini karena iming-iming hadiah yang ditawarkan dalam email tersebut.
"Indonesia nomor 2 yang paling banyak mengklik tautan di email yang sudah terinfeksi malware," imbuhnya.
Ketika pemilik email membuka tautan tersebut, ia akan langsung terhubung dan membuka laman atau aplikasi tertentu yang sebenarnya merupakan kamuflase dari malware.
"Setelah malware masuk, data pengguna akan terenkripsi. Kalau sudah begini, saya pikir semua konsultan keamanan (siber) tidak akan sanggup untuk memecahkan kode enkripsi tersebut," ujar Laksana.
Jika data pengguna sudah terenkripsi, lanjut Laksana, biasanya peretas memeras atau meminta tebusan kepada pemilik data untuk membuka enkripsi data yang sudah diretas.
Baca Juga: 5 Smartphone Biasa Tapi Mumpuni Main Game Terbaik 2019
Parahnya, aksi peretasan ini seakan sudah terorganisir dan dalam beberapa kasus, ada beberapa pihak yang menawarkan jasa pembajakan.