Suara.com - Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa (ECMWF) tak setuju dengan keputusan yang dibuat dalam Konferensi Komunikasi Radio Dunia mengenai penetapan spektrum 5G pada Jumat (22/11/2019).
Konferensi Komunikasi Radio Sedunia 2019 yang diselenggarakan di Mesir mengizinkan teknologi 5G beroperasi di empat area spektrum frekuensi radio, termasuk band dari 24,25 hingga 27,5 GHz.
Penetapan spektrum tersebut membuat meteorolog khawatir dengan transmisi dalam pita yang dapat menganggu kemampuan sensor gelombang mikro pasif pada satelit cuaca untuk mendeteksi uap air di atmosfer dengan mengamati sinyal redup yang dipancarkan dari 23,6 hingga 24 GHz.
"Perlombaan untuk menyediakan jaringan 5G menekan teknologi lain yang bergantung pada frekuensi radio, termasuk sistem peringatan dini cuaca buruk nasional," jelas WMO dalam sebuah pengumuman.
Baca Juga: Kominfo Sedang Rancang Frekuensi untuk 5G di Indonesia
Dilansir dari Space News, para delegasi internasional akhirnya setuju untuk membatasi fase yang lebih ketat agar peralatan 5G tidak menganggu sensor gelombang mikro sampai peralatan tersebut didistribusikan secara luas.
Berdasarkan kesepakatan yang dicapai dalam konferensi tersebut, perusahaan nirkabel tidak akan diminta untuk mengganti teknologi mereka sebelum tahun 2027 setelah aturan baru diberlakukan. Sebagai gantinya, perusahaan perlu memastikan peralatan yang dipasang setelah tahun 2027 memenuhi standar yang lebih ketat.
ECMWF sendiri telah memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang risiko 5G pada operator saat ini. Jaringan tersebut masih berpotensi membahayakan pengoperasian sistem satelit pengamatan Bumi yang dibutuhkan untuk aktivitas prakiraan cuaca.