Suara.com - Gempa Jailolo, di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara pada Selasa pagi (12/11/2019) dipicu oleh aktivitas subduksi lempeng mikro Laut Maluku dan lempeng Filipina.
"Apabila memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, ini merupakan jenis gempa bumi menengah akibat aktivitas subduksi antara lempeng mikro Laut Maluku dan lempeng Filipina," jelas Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dalam siaran persnya.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut memiliki mekanisme oblique (oblique fault) atau patahan miring.
Guncangan akibat gempa Jailolo itu dirasakan di daerah Kotamobagu, Ternate, Tobelo II-III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah, getaran terasa seakan akan truk berlalu), Bolaang Mongondow Timur, Manado, Tondano, Minahasa Utara, Bitung II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang ).
Baca Juga: Gempa 5,9 SR Guncang Maluku Utara
Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa Jailolo tersebut.
Selanjutnya, dari hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa Jailolo tidak berpotensi tsunami dan hingga pukul 07.00 WIB belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock).
BMKG mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Selanjutnya, menghindari bangunan yang retak atau rusak, memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.
Gempa Jailolo terjadi sekitar pukul 06.41.00 WIB, dengan kekuatan magnitudo 5,9 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi magnitudo 5,7.
Baca Juga: Warga Nusa Laut Minta PVMBG Teliti Amblasan yang Terjadi Pasca Gempa
Episenter gempabumi terletak pada koordinat 1.48 LU dan 127.05 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 65 kilometer arah Barat Laut Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara pada kedalaman 119 kilometer. [Antara]