Suara.com - Sejak pemindai sidik jari pertama kali muncul di smartphone pada 2011, teknologi itu kini menjadi tren tersendiri. Pemindai sidik jari dinilai lebih cepat, aman, dan nyaman.
Meski begitu, pemindai sidik jari terdiri dari beberapa jenis. Beberapa pemindai bergantung pada cahaya, listrik, hingga suara untuk memetakan punggung dan lekukan jari-jari.
Teknologi optik dan ultrasonik memiliki keunggulan dalam pemindaian pada layar smartphone.
Jenis pemindai sidik jari yang paling umum bekerja sama seperti kamera digital.
Baca Juga: Modus Tanya Nama ke Gebetan Ini Bikin Baper Warganet
Pemindai akan menyinari cahaya terang ke jari menggunakan LED dan mengambil gambar. Jika nilai piksel rata-rata foto terlalu gelap atau terang, pemindai akan menyesuaikan eksposur dan mencoba lagi.
Teknologi itu juga memeriksa resolusi yang baik dalam mengambil gambar setiap garis pada jari. Jika gambarnya jelas, maka pemindai akan langsung memrosesnya.
Jenis pemindai ini paling umum ditemukan di kantor polisi, bandara, dan pintu masuk.
Tapi, pada smartphone yang memiliki pemindai sidik jari dalam layar, beberapa vendor menggunakan sensor optik atau ultrasonik di bawah layar untuk mendapatkan gambar sidik jari.
Berbeda dengan pemindai sidik jari optikal seperti yang dijelaskan di atas, pemindai sidik jari kapasitif menggunakan sejumlah kecil listrik untuk mengukur jarak antara berbagai bagian jari.
Baca Juga: Giliran Xiaomi Kalahkan Samsung di Indonesia
Di dalam pemindai sidik jari kapasitif terdapat deretan kapasitor kecil yang masing-masing membawa muatan listrik. Jika salah satu kapasitor berada di bawah salah satu ujung jari, kapasitor akan mendapatkan daya lebih besar karena bersentuhan dengan kulit.