Ketika ditanya tentang perkembangan penjajakan kerja sama dengan China, Thomas mengatakan bahwa LAPAN telah melakukan beberapa kali pembicaraan dengan mereka terkait rencana kerja sama tersebut.
Dalam pembicaraan itu, China pada prinsipnya berminat dan membuka kemungkinan untuk berbisnis dalam jasa peluncuran di wilayah Indonesia.
"Tinggal pihak kitanya perlu menyiapkan regulasi yang saat ini juga sedang disiapkan terkait dengan peraturan pemerintah, turunan dari Undang-Undang Keantariksaan untuk menjadi pedoman dalam pembangunan dan pengoperasian Bandar Antariksa," ujarnya.
Ia mengatakan dari aspek bisnis, produksi satelit di dunia saat ini semakin meningkat, sementara ketersediaan bandar antariksa untuk peluncuran roket satelit menjadi semakin terbatas.
Baca Juga: Bandar Antariksa di Biak untuk Luncurkan Roket Bertingkat
"Apalagi posisinya di ekuator. (Selain Indonesia) kan hanya di Amerika Selatan, miliknya Prancis dan Brazil. Harapannya di Asia Pasifik ada satu, di Biak itu," beber Thomas.
Oleh karena itu, rencana pembangunan bandar antariksa di Biak membuka kesempatan bagi Indonesia untuk menyediakan jasa lokasi peluncuran roket satelit untuk negara lain atau pihak swasta.
"Nantinya, harapannya kita bisa menyediakan jasa peluncuran satelit dengan roket-roket yang disediakan juga oleh mitra-mitra internasional," tutup Thomas.