Papua Nugini, nyaris mendekati 50°C
Daerah lain masih dalam pantauan mitigasi klimatologi NASA. Jaga kesehatan, pola makan, dan banyak minum air ya, Kawan. Panas extreme pemicu dehidrasi, malaria, tifus, campak, dan pelemahan sel jaringan otak ," tulis kabar tersebut.
Namun, pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan jika berita tersebut adalah hoaks karena tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Melalui laman resminya, berdasarkan pengamatan di BMKG Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta, suhu udara maksimum pada 22 dan 23 Oktober 2019 adalah 32 °C. Suhu maksimum selama 5 hari terakhir yaitu antara 31 – 36 °C. Suhu 36°C terjadi pada 21 Oktober 2019 dan hari berikutnya hingga hari ini (23/10/2019), tren suhu menunjukkan penurunan.
Baca Juga: Nadiem Jadi Mendikbud, Warga Twitter Ramai-ramai Kumandangkan Go-School
Meskipun begitu, Kabid Diseminasi Iklim & Kualitas Udara BMKG, Hary T Djatmiko, menghimbau dalam menghadapi masa pancaroba, masyarakat diminta untuk mewaspadai kondisi cuaca ekstrim yang berpotensi terjadi, seperti angin kencang/putting beliung, hujan intensitas sedang-lebat yang bersifat local. Juga, mewaspadai kondisi cuaca yang berfluktuasi, sehingga berpengaruh terhadap kesehatan.
Sementara itu, terkait berita hoaks yang marak beredar di Medsos, masyarakat Yogyakarta diminta untuk memastikan kebenaran berita tersebut dengan mengklarifikasi kepada instansi terkait yaitu BMKG DIY, Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta.
"Masarakat juga dihimbau tidak menyebarkan berita yang diterima sebelum memastikan berita tersebut adalah benar atau valid," katanya.