Suara.com - Jaringan 5G dianggap sebagai tren baru dalam dunia teknologi. Tak hanya vendor smartphone, beberapa perusahaan luar angkasa juga berlomba-lomba menjadi trendsetter dengan meluncurkan satelit menggunakan bandwidth yang akan menunjang teknologi 5G.
Sebagai contoh, SpaceX telah menerima persetujuan untuk meluncurkan hampir 12 ribu satelit Starlink. Pada Mei lalu, SpaceX telah meluncurkan 60 satelit Starlink pertama yang beroperasi pada ketinggian sekitar 550 kilometer.
OneWeb pun memiliki rencana meluncurkan satelitnya sendiri. Perusahaan itu berencana meluncurkan hingga 650 satelit untuk membuat akses web lebih mudah di seluruh dunia.
Pada Februari lalu, OneWeb telah meluncurkan enam satelit pertama. Satelit-satelit tersebut mengelilingi Bumi pada ketinggian sekitar 1.200 kilometer.
Baca Juga: Aksi Taati Aturan Larangan Plastik Jadi Berita Populer Sepanjang 21 Oktober
Di sisi lain, proliferasi satelit 5G di orbit Bumi memiliki risikonya tersendiri, yaitu meningkatnya risiko tabrakan. Tak hanya itu, ada juga kekhawatiran tentang interferensi frekuensi radio dengan semua satelit yang telah diluncurkan ataupun yang akan diluncurkan.
Selain itu, para ilmuwan juga khawatir dengan adanya satelit-satelit tersebut akan mengganggu pengamatan langit. Pada Juni lalu, International Astronomical Union (IAU) menyatakan keprihatinanya atas ribuan satelit yang dapat mengganggu penelitian dalam memeriksa benda-benda langit.
Dilansir laman Space.com, jaringan 5G sendiri telah tersedia di beberapa wilyaha metro di Amerika Serikat yang disediakan oleh empat operator besar, yaitu AT&T, Sprint, T-Mobile, dan Verizon.
Namun, dalam banyak kasus para pengguna smartphone tidak dapat menggunakan jaringan tersebut dengan perangkat lama. Pengguna harus membeli handset baru yang telah mendukung konektivitas 5G.