BMKG: Peningkatan Aktivitas Merapi Mungkin Terkait Gempa Tektonik

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 17 Oktober 2019 | 20:10 WIB
BMKG: Peningkatan Aktivitas Merapi Mungkin Terkait Gempa Tektonik
Ilustrasi aktivitas gempa tektonik di sekitar Gunung Merapi, Yogyakarta pada Oktober 2019. [Antara/Dokumentasi BMKG]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Aktifnya Gunung Merapi di Yogyakarta baru-baru ini berkemungkinan tekait gempa tektonik yang terjadi di sekitar area tersebut, demikian dikatakan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono.

"Secara tektovulkanik, gempa tektonik dapat meningkatkan aktivitas vulkanisme. Syaratnya kondisi gunung api tersebut sedang aktif, magma cair dan kaya gas. Jika kondisi semacam ini maka dinamika tektonik di sekitar kantung magma rentan memicu aktivitas vulkanisme," ujar Daryono dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (17/10/2019).

Sebelumnya, terjadi letusan Gunung Merapi pada Senin, 14 Oktober 2019. Puncak Merapi menyemburkan awan panas dengan kolom setinggi 3.000 meter.

Yang menarik, ujar Daryono, dalam waktu hampir bersamaan dengan letusan Merapi terjadi aktivitas gempa tektonik magnitudo 2,8 di Samudera Hindia, dengan episenter gempa berada 38 km barat daya Bantul, D.I. Yogyakarta.

Baca Juga: Jalur Pendakian Gunung Merapi Ditutup, Ini 5 Wisata Alternatif di Sekitar

Berdasarkan teori, gempa tektonik memang dapat meningkatkan aktivitas vulkanisme. Gempa tektonik yang terjadi di dekat gunung berapi aktif dapat menciptakan stress-strain yang memicu perubahan tekanan gas di dalam kantung magma.

Akibatnya, ujar Daryono, dapat menekan cebakan lubuk penyimpanan magma gunung berapi dan dapat mengakibatkan aktifnya gunung api ketika berlangsungnya induksi perambatan stress-strain dari aktivitas seismik akibat gempa tektonik.

BMKG sendiri mencatat peningkatan aktivitas tektonik dalam beberapa hari terakhir jelang letusan Merapi pada Senin lalu, dengan terjadi 5 gempa tektonik sejak awal Oktober 2019.

Menurut Daryono, jika aktivitas vulkanisme gunung api merupakan bagian dari rangkaian kegiatan tektonik, maka dapat dikatakan bahwa aktifnya Merapi tampaknya tidak terlepas dari pengaruh kegiatan gempa tektonik yang terjadi di sekitarnya.

Memang dalam banyak kasus, letusan Merapi didahului adanya gempa tektonik lokal baik yang bersumber dari zona subduksi maupun sesar aktif di Yogyakarta.

Baca Juga: Merapi Meletus, Apakah Akan Sedahsyat Tahun 2010? Ini Analisa Mbah Rono

Salah satu contoh adalah menjelang letusan Merapi 2010, BMKG mencatat adanya peningkatan aktivitas gempa tektonik 9 bulan sebelumnya. Saat itu ada 23 gempa tektonik bersumber dari zona sesar aktif, ujar Daryono.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI