Bahaya! Asteroid Seukuran Bus Siap Hantam Bumi

Dythia Novianty Suara.Com
Minggu, 13 Oktober 2019 | 05:52 WIB
Bahaya! Asteroid Seukuran Bus Siap Hantam Bumi
Ilustrasi asteroid menabrak Bumi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ancaman asteroid kerap menjadi momok sendiri bagi para makhluk hidup di muka Bumi. Kabar terbaru, sebuah asteroid berukuran bus berada di jalur tabrakan dengan Bumi.

Hal tersebut dikemukakan Badan Antariksa Eropa. Ahli kosmologi di benua itu menyimpan daftar semua batuan ruang angkasa paling berbahaya dan mereka baru saja menambahkan sebuah objek yang disebut 2019 SU3 ke dalam dokumen ini.

Asteroid itu memiliki lebar 14 meter dan memiliki peluang 385 kali akan menghantam Bumi pada 16 September 2084. Namun, dampaknya cukup kuat untuk menyebabkan kematian di daerah setempat jatuhnya asteroid.

ESA menambahkan, 2019 SU3 ke 'daftar risiko' 14 hari lalu. Basis data ini adalah merupakan katalog semua objek yang probabilitas dampaknya tidak nol terdeteksi.

Baca Juga: Mengintip Tampilan Fisik Redmi Note 8

Diperkirakan akan datang dalam jarak 73.435 mil dari Bumi, yang karenanya dianggap sangat berbahaya. Pada jarak sesempit itu, dikhawatirkan dorongan gravitasi kecil dapat mengirimnya meluncur ke Bumi.

NASA dan Badan Antariksa Eropa baru-baru ini bertemu untuk membahas tawaran untuk 'membelokkan' batu ruang angkasa dan membuktikan teknik tersebut sebagai metode pertahanan planet yang layak. Misi ini disebut Penilaian Defleksi Dampak Asteroid (AIDA) dan akan berusaha untuk mengarahkan kembali bagian yang lebih kecil dari asteroid ganda yang disebut Didymos.

Pada misi tahap pertama, sebuah pesawat ruang angkasa akan menabrak batu ruang angkasa. Kemudian kapal kedua akan menilai lokasi tabrakan dan mengumpulkan data tentang efek tabrakan.

Logo NASA. [Shutterstock]
Logo NASA. [Shutterstock]

NASA sudah mengerjakannya yang disebut Uji Dampak Asteroid Ganda, sementara Italia akan mengirim satelit CubeSat kecil untuk memantau aksinya. Misi ESA disebut Hera dan akan melakukan 'survei close-up pasca-dampak asteroid' dan mengumpulkan pengukuran seperti massa asteroid serta ukuran kawah yang tertinggal setelah dampak.

"DART dapat melakukan misinya tanpa Hera - efek dampaknya pada orbit asteroid akan dapat diukur dengan menggunakan observatorium berbasis bumi saja," kata Ian Carnelli, yang mengelola misi Hera.

Baca Juga: Viral, Cara Membuat Manisan Buah, Warganet Malah Dibuat Penasaran

Menerbangkan kedua misi secara bersamaan akan memberikan tambahan pengetahuan secara keseluruhan. Hera sebenarnya akan mengumpulkan data penting untuk mengubah eksperimen satu kali ini menjadi teknik defleksi asteroid yang berlaku untuk asteroid lain.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI