"Pada 2019 pemerintah China mulai menggerakan platform media sosial global untuk mencemarkan perjuangan demokrasi di Hong Kong," bunyi laporan itu lebih lanjut.
Temuan menarik lain dari laporan itu adalah bagaimana Facebook menjadi alat utama yang digunakan oleh pasukan siber atau buzzer di seluruh dunia.
Catatan: Artikel ini sebelumnya berjudul: Peneliti Oxford: Indonesia Biayai Buzzer untuk Manipulasi Publik.
Judul itu kami koreksi karena tidak akurat mewakili hasil penelitian.
Baca Juga: Kominfo: Buzzer Politik di Medsos Urusan Bawaslu
Kami mohon maaf atas kekeliruan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan.