Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat hingga Senin pukul 15.00 WIT telah terjadi sebanyak 725 kali gempa bumi susulan setelah gempa bermagnitudo 6,8 mengguncang Ambon, Maluku pada Kamis (26/9/2019).
"Sudah terjadi 725 kali gempa susulan dan 81 kali di antaranya dirasakan oleh warga," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Senin (30/9/2019).
Hingga hari ke empat pascagempa tersebut, gempa susulan (aftershocks} yang terjadi kekuatannya terus mengecil mencapai magnitudo 2,6 hingga magnitudo 5,6.
Gempa utama yang terjadi pada Kamis (26/9/2019) pagi dengan skala intensitas V hingga VI Modified Mercalli Intensity (MMI) di Ambon, Haruku dan Kairatu dimutakhirkan menjadi magnitudo 6,5.
Baca Juga: BNPB: Korban Jiwa Gempa Ambon Mencapai 20 Orang
Ia menjelaskan gempa Kairatu, karena diduga terjadi di sesar aktif dekat dengan Kecamatan Kairatu Selatan, berkekuatan magnitudo 6,5 merupakan gempa tipe 1 yaitu tipe gempa utama yang didahului oleh serangkaian gempa pendahuluan (foreshocks) yang kemudian terjadi gempa utama (main shock), selanjutnya diikuti oleh serangkaian gempa susulan.
Gempa magnitudo 6,5 yang mengguncang Ambon, Kairatu, Haruku, dan Masohi, Provinsi Maluku diduga berkaitan dengan susunan tektonik kompleks di daerah tersebut.
Kemungkinan besar, katanya, pembangkit gempa di Ambon, Kairatu, Haruku, dan Masohi berkaitan dengan aktifnya salah satu struktur sesar di wilayah tersebut.
Akibat gempa tersebut, Kementerian Sosial mencatat 34 orang meninggal dunia dengan rincian 13 orang merupakan warga Kota Ambon, dan sebanyak 15 orang warga Kabupaten Maluku Tengah dan enam jiwa warga Kabupaten Seram Barat.
Kementerian Sosial juga mencatat sebanyak enam warga mengalami luka berat, 150 orang luka ringan dan 136.780 jiwa mengungsi, gempa bumi juga menyebabkan 698 unit rumah, dua jembatan 16 unit rumah ibadah dan satu ruas jalan rusak. [Antara]
Baca Juga: Kematian Massal Ikan Hingga Gempa Ambon Magnitudo 6.5